Halaman

Rabu, 10 Agustus 2016

Naverland

Hey hey reader!
It's been long time ngga posting nih hehe. Maklum lagi sibuk ngurus magang dan lain-lain jadi ngga sempet buat nulis *alibi aja sih sebenernya ehehehe :D*

Aku mau sedikit cerita nih tentang short holiday I've been spent last week hehe :D Oke yuuk mari simak yaak ;)

Weekends lalu tepatnya tanggal 6 - 8 Agustus 2016, aku spent my holiday di Klaten bersama dengan salah seorang temen sekelas ku di kampus. Nama temenku itu Ulima Qais Shabrina, tapi sapaan akrabnya yaitu Ais. Awalnya, kami ngga ada rencana tuh buat spent holidays together, jadi kami dadakan dan tanpa ada plan sebelumnya. But you know lah, sesuatu yang ngga direncanain itu pasti ngga akan hanya sekedar wacana. Yak! tepat pukul 12:30 PM kami berangkat dari kos-kosan Ais. Perjalanan cukup lama kami tempuh. Karena hujan, kami pun banyak berhenti untuk berteduh. Sehingga perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh selama tiga jam, kami tempuh hampir 4 jam hehe -_-"

Di Klaten kami menginap di rumah kakak dari ayahku atau orang jawa sering menyebutnya dengan sebutan pakdhe. Oh iya sebelum berangkat ke Klaten, aku udah making promises ke salah seorang temen yang udah kaya saudara sendiri. Nama temenku itu Adnan. Rumahnya pun berdekatan dengan rumah pakdheku itu, sehingga mempermudah kami jika ingin hanging out together hehe. Aku ajakin dia buat spent weekends together, dan ia pun setuju.

Kami tiba di Klaten tepat pukul 4:30 PM. Hari itu kebetulan hari Sabtu, pasti kalian tau lah jadwalnya kaula muda buat hanging out, wasting time, and wasting money ehehehe :D
Malam itu kami keluar buat main sekalian cari yang anget-anget, karena hari itu udara terasa dingin dan gerimis manja. Kami mendatangi sebuah angkringan yang ada di Klaten. Nama angkringan nya Warjo (Warung Jono Klaten), lucu juga sih namanya hehe. Tempatnya recommended banget buat kalian yang hobi meet up sama nongki-nongki. Interior design nya ngga mewah tapi menarik, simple tapi retro dan vintage nya terasa banget. Di Warjo ada live accoustic nya juga, jadi sambil ngobrol, ngemil, selfie or anything, kalian bisa menikmati alunan lagu yang dinyanyikan. Oh iya kalian juga bisa request lagu kok, ntar mereka yang nyanyiin. Untuk masalah price list food and beverage jangan khawatir guys, Kantong pelajar banget tentunya hehe :D So, ketika kalian ke Klaten, jangan lupa tuh buat mampir ke angkringan yang recommended itu *ah elah malah promosi :D*

Di angkringan ngga cuman aku, Ais, sama Adnan aja. Tapi ada temen-temen sekolahnya Adnan, kebetulan aku juga udah kenal mereka karena emang every saturday nite kalo lagi di Klaten pasti aku ngintilin Adnan main sama temen-temennya ehehehe :D
Kami pun berbincang-bincang, dan mulai lah kami membahas acara untuk esok hari. Aku bersyukur temen Adnan mau diajakin buat ngetrip. Soalnya kalo ngga mau, aku sama Ais bakalan tumbang karena kecapean. Kami memutuskan untuk berangkat pukul 7 esok hari. Tak terasa waktu berlalu sangat cepat, kami pun memutuskan untuk pulang, agar esok tidak kesiangan.

Ke-esokan harinya, badanku panas dan kepala pusing, aku terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Aku tak banyak bergerak, pagi itu entah mengapa udara terasa sangat dingin, membuatku semakin menggigil. Detik jam berjalan amat cepat sampai tak terasa sudah pukul 6 pagi. Aku tak dapat enyah dari tempat tidur, sementara Ais masih terlelap dalam tidurnya. Alarm hp nya berbunyi, dan bangun lah dia. Kami pun segera bersiap-siap, ternyata Hanif sudah mengirimiku pesan via bbm, dan ia sudah siap. Sementara kami, baru akan bersiap-siap wkwk :D efek lelah mengendarai Semarang - Klaten.

Pukul 7:30 AM aku dan Ais baru selesai semua persiapan hehe, molor kan? Ind bgt lah, ngaret mele ehehe :D Tak lama kemudian, Aqsal dan Hanif pun telah tiba di rumah Adnan. Kami berangkat pukul 9:00 AM. Aku bersama dengan Hanif, Ais dengan Aqsal dan Adnan sendiri. Perjalanan cukup lama, karena lokasi pantai yang cukup jauh. Kami menempuh perjalanan kurang lebih 2,5 jam. Sempet hampir salah jalan, untungnya kami bertanya kepada warga setempat, sehingga kami berbalik arah hehe. Tak lama kemudian tibalah kami di tempat tujuan, yaitu di Pantai Greweng, Gunung Kidul.

Awalnya kami bingung, karena setibanya kami di tempat parkiran motor, kami tidak melihat pantai tujuan kami. Setelah bertanya kepada tukang parkir, ternyata kami harus berjalan beberapa meter untuk tiba di tempat tujuan kami. Kami pun memasuki sebuah jalan setapak dan berbatu. Batunya pun cukup tajam-tajam. *Note: Kalo kesana lebih nyaman pakai sepatu tracking, atau apapun yang dapat melindungi kaki. Karena batu nya tajam, dan tracknya pun cukup terjal*
Waktu itu aku memakai sneakers, dan kesalahanku ngga pake kaos kaki, fix kaki lecet semua -_-" Kami berjalan cukup lama, mungkin ada sejam kurang lebih nya. Beberapa kali kami bertanya kepada warga desa yang sedang bertani disekitar jalan setapak. Dan kata mereka sudah dekat, tapi you know lah dekat nya mereka sama kami berbeda. Bagi mereka dekat, karena mereka sudah terbiasa, tapi bagi kami jauh berbeda. Aqsal juga membawa gitar saat itu. Ia lumayan kesusahan, *menurutku* ehehe.

Kami pun tiba di pantai tujuan kami. First time ngeliat view nya aku speechless gengs! Serius, indah banget! Cantik! Rasa lelah berjalan, dan keluhan pun seketika terlupakan. Karena melihat pesona alam yang begitu indah dan menawan. Kami pun segera menaruh barang bawaan kami, dan berlari ke arah bibir pantai.
"Info: Pantai selatan, kebanyakan warna pasirnya putih, sehingga terlihat lebih exotic"

Canda tawa bersama, akhirnya perjalanan panjangnya membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Sebenernya pantai tujuan kami ini atas rekomendasi Hanif. Karena waktu malamnya, ia searching pantai-pantai yang ada di daerah Gunung Kidul. Dan ia pun tertarik untuk ke pantai Greweng. But its not bad at all, it was like a Naverland. Thanks Hanif, isn't made us dissappointed.
Aku pun segera mengambil kamera untuk mengabadikan setiap moment nya. Karena aku ngga bisa nemuin Pantai dengan pasir putih di Semarang wkwk. Makanya ketika kami tiba, aku merasa senang sekali. Kami pun berfoto dengan berbagai pose, kami juga tak lupa untuk berfoto bersama.

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Hari semakin siang, kami pun sudah merasa lelah dan lapar. Pada akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Yak! Kami harus tracking lagi, huft -__-"
Kami terus berjalan hingga akhirnya tibalah kami di tempat parkir. Kami istirahat sejenak, karena peluh keringat kami bercucuran, dan dahaga begitu terasa. Kami pun memuali perjalanan lagi, ya tapi perjalanan pulang. Di sepanjang jalan aku berceloteh dan nyanyi-nyanyi, bair Hanif ngga ngantuk wkwk. Kalo ngantuk kan berabe yang ada :3

Ketika melewati mini mart aku minta untuk berhenti, karena aku lapar dan temen-temen lain sudah meresa mengantuk. Para pengendara membeli kopi agar tidak mengantuk. Aku membeli snack dan air mineral. Setelah para pengendara sudah merasa cukup beristirahatnya. Kami pun melanjutkan perjalanan kami. Di sepanjang jalan aku ngemil wkwk, laper banget serius :3
Hari terlihat semakin gelap, karena mendung menggelayut, dan tak lama kemudia hujan pun turun. Segeralah kami mencari tempat berteduh dan sekaligus makan. Berhentilah kami di warung siomay, bakso dan mie ayam. Kami memesan makanan kami, sembari istirahat karena jauh nya perjalanan. Makanan tiba dan kami pun makan. Setelah hujan reda, kami melanjutkan perjalanan kami. Di sepanjang jalan aku dan Hanif tertawa, karena kami membicarakan hal-hal lucu. Kebetulan Hanif orang nya kocak, usil, tapi juga asik jadi aku ngga bosen duduk sama dia berjam-jam. Akhirnya pun kami tiba dirumah Adnan, kami tiba di sana kurang lebih pukul 5 sore. Kami beristirahat sejenak, kemudian pulang ke rumah kami masing-masing.

Aku dan Ais merasa sangat lelah sekali, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke Semarang pada hari Senin. Paginya kami bangun pukul 6 pagi. Kemudian kami bergegas untuk persiapan pulang semarang. Kami mandi, sarapan dan packing. Selesai kurang lebih pukul 8:30 AM. Kami pun pulang menuju Semarang. Tetapi ketika diperjalanan, terbesit untuk pergi ke Solo. Akhirnya kami pun memutuskan untuk mampir ke Solo. Kami berkunjung ke Keraton Solo. Karena aku belum pernah ke sana wkwk ;D

*Note: Kalo kalian mau masuk ke sana, jangan lupa beli tiket masuk. Jika kalian membawa kamera digital atau semacamnya, kalian diharapkan untuk membeli tiket kamera, saat itu harga tiket masuk per orang 10.000 dan tiket kamera 5.000. Terus kalo kesana, jangan pakai sendal atau semacamnya, pakailah sepatu*

Di Keraton kami tidak lama, karena melihat hari yang sudah semakin siang. Sehingga kami bergegas pulang, karena tidak ingin sampai di Semarang terlalu sore. 11:45 kami meninggalkan Keraton dan melanjutkan perjalnan. Aku yang mengendarai motor nya. Karena aku ingin cepat sampai di rumah hehe. Tak disangka perjalanan Solo-Semarang hanya ditempuh dengan waktu 1,5 jam saja. Kebetulan jalanan terbilang sepi, sehingga perjalanan menjadi semakin cepat. Aku mengantar Ais pulang ke kos-kosan nya. Setelah itu aku segera pulang, karena ingin segera beristirahat.

Akhirnya tiba di rumah dan aku pun mendapatkan kepuasan tersendiri dari liburan singkatku yang penuh dengan cerita dan kenangan hehe :D

Galeri foto Pantai Greweng:


Cantik kan pemandangannya?


Partner in crime kalo lagi di Klaten (Adnan / Acong)


Temen Acong yang suka usil (Hanif)


Ukhti Tegal ku :* (Ais)


Tumben akur? -_-"


Temen Acong yang jago gambar manga (Aqsal)


Candid? << Fake -_-" (sengaja ini mah)


Lucu-lucu ya mereka ^,^


Kaya angka 01 ya hehe :p *piss brooh*


K I T A ^,^


Sendirian muluk :3

Makasih ya guys udah nyempetin buat baca post yang sesi ini hehe :D
Lavyuuuu :* :* :* :*







Selasa, 03 Mei 2016

Long Distance Relationship

Edward dan Griselda adalah sepasang kekasih, mereka merupakan muda-mudi yang sedang duduk dibangku SMA. Kini mereka sudah berada di semester lima dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. Mereka mulai sibuk memikirkan perguruan tinggi yang akan mereka pilih sebagai sarana sekolah lanjutan, yang juga sebagai bekal untuk mencari pekerjaan bagi mereka masing-masing nantinya.
Kegiatan sekolah semakin hari semakin padat, dan tugas yang semakin banyak. Walaupun demikian, itu sama sekali tidak mengganggu rutinitas Edward dan Griselda untuk menyempatkan bertemu dan mengobrol bersama. Saat bertemu, mereka selalu bertukar pikiran, menceritakan kegiatan yang telah mereka lalui dikelas, saling member informasi, dan masih banyak lagi yang sering mereka lakukan bersama. Meskipun pertemuan mereka singkat, akan tetapi rasa rindu diantara mereka telah tersampaikan melalui cerita dan keluh kesah mereka. Edward dan Griselda sangat menghargai setiap waktu pertemuan mereka. Mereka berdua sangat memanfaatkan waktu yang ada demi melepas rasa rindu dan keluh kesah yang mereka rasakan.
Waktu berjalan sangat cepat, semakin hari mendekati hari dimana ujian nasional akan berlangsung. Edward dan Griselda selalu menghadiri setiap pameran pendidikan untuk mengetahui tiap-tiap perguruan tinggi yang ada beserta spekulasinya. Baik pameran pendidikan dalam negeri maupun pameran pendidikan internasional. Semakin banyak informasi yang mereka dapat, semakin banyak pula pilihan dan tujuan perguruan tinggi yang ingin mereka coba untuk mendaftarkan diri.
Pasangan ini memiliki impian yang tinggi dan sangat jauh berbeda. Edward ingin masuk perguruan tinggi yang ada didalam negeri, sedangkan Griselda kekasihnya ingin sekali melanjutkan perguruan tinggi yang berada di luar negeri demi menyandang gelar Bachelor. Bachelor merupakan gelar S1 luar negeri yang diakui di seluruh dunia. Tentunya dengan gelar ini, semakin mudah dalam mencari sebuah pekerjaan. Gelar sarjana yang berada di Indonesia belum diakui oleh dunia sebagai sarjana. Walaupun sama-sama menyandang gelar S1, yang sarjana diluar negeri lah yang mendapat peluang lebih besar dari pada gelar sarjana yang dari dalam negeri.
Griselda sangat berkeinginan melanjutkan perguruan tinggi di luar negeri. Negara yang dijadikan tujuannya untuk melanjutkan kuliahnya yaitu di negara Turki. Griselda ingin sekali mendapatkan beasiswa yang diberikan oleh pemerintahan Turki yang membagi beasiswa setiap tahunnya. Edward hanya ingin melanjutkan kuliah didalam negeri. Alasannya, ia belum mahir dalam berbahasa inggris sehingga ia takut jika tidak dapat berkomunikasi, atau bahkan tersesat di negara orang. Sungguh mimpi yang sangat jauh berbeda.
Siang hari, di hari minggu Edward dan Griselda meluangkan waktu untuk berjumpa. Edward datang ke rumah Griselda. Didalam pertemuannya, mereka saling melepas rindu dengan menceritakan kegiatan yang telah dilalui masing-masing. Mereka asik dengan canda dan tawa bersama. Seakan waktu yang dirasa lama akan terasa sebentar jika dilalui bersama dengan kebersamaan. Hingga tiba-tiba dengan tak sengaja mereka membahas tentang long distance relationship atau yang sering disingkat dengan LDR. Edward dan Griselda membayangkan jika suatu saat nanti mereka akan merasakan apa itu LDR, yang kadang dijadikan bahan pembicaraan. Jika membicarakan tentang LDR pastinya banyak pasangan kekasih yang tak menginginkan hal tersebut. Karena LDR itu sangat menyiksa, jarang bertemu, komunikasi hanya melalui telefon, pesan singkat atau melalui video call saja, dan tidak live stream tentunya.
Edward dan Griselda tidak siap dan tidak akan pernah siap untuk menjalani LDR. Hal kecil itulah yang terkadang mengganggu pikiran mereka berdua. Edward menanyakan kembali kepada kekasihnya tentang beasiswa ke Turki yang akan Griselda ikuti ujiannya. Selalu saja dengan antusias Griselda menjawab akan mengikuti ujiannya, dan dia berkata akan selalu berusaha demi mendapatkan beasiswa tersebut. Griselda tidak pernah tau apa maksud dari kekasihnya itu, seakan ia selalu mengulangi pertanyaan yang sama kepada dirinya. Akan tetapi Griselda juga tidak pernah jengah untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu yang menurutnya kerap kali ditanyakan oleh Edward.
Tak terasa sudah sore menjelang maghrib, Edward pulang dari rumah Griselda. Seperti biasa, sebelum pulang mereka saling berjabat tangan. Seakan berjabat tangan sudah menjadi tradisi dalam hubungan mereka.
Waktu terus berjalan dan tak terasa dua hari lagi ujian nasional akan berlangsung. Ujian nasional sudah didepan mata, siap tidak siap, suka tidak suka, seluruh siswa kelas XII harus melewatinya. Dengan dua hari yang tersisa, intensitas pertemuan Edward dan Griselda semakin berkurang. Mereka sibuk dengan kesibukannya masing-masing demi mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Jangankan untuk bertemu, hubungan melalui psan singkat dan teleponpun sudah berkurang juga intensitasnya. Mereka benar-benar fokus untuk menghadapi ujian nasional.
Waktu yang dinanti-nantipun telah tiba. Hari yang benar-benar menentukan nasib seluruh siswa kelas XII. Akankah lulus atau tidak lulus, dua pilihan yang membuat hati berdebar. Sebelum ujian dimulai Edward dan Griselda menyempatkan waktu untuk berjumpa, untuk saling mendoakan satu sama lain. Agar dalam mengerjakan soal-soal ujian nasional tidak menemukan kesusahan dan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT. Perjumpaan mereka tidaklah lama, akan tetapi sangatlah berkualitas. Tak lupa sebelum memasuki ruang ujian, mereka saling berjabat tangan, seakan tangan mereka mengisyaratkan untuk bersemangat dalam menghadapi ujian dan mata mereka saling menatap yang mengisyaratkan untuk tetap percaya diri. Akhirnya mereka masuk ke kelas masing-masing.
****
Ujian nasional yang berlangsung selama tiga hari sudah dilalui oleh Edward dan Griselda. Mereka tinggal menunggu hasil ujian yang telah mereka kerjakan. Rutinitas kembali seperti semula, Edward dan Griselda melakukan kembali kebiasaannya untuk saling bertemu dan bercengkrama. Setelah beberapa hari yang lalu mereka disibukkan belajar. Mereka bercanda tawa bersama, seakan beban yang mereka tumpu sendiri beberapa hari lalu telah lenyap begitu saja.
Hasil ujian nasional sudah diumumkan, Edward dan Griselda mendapatkan hasil yang tinggi. Rata-rata nilai mereka hampir mencapai angka 9. Mereka sangat senang sekali mendapatkan hasil yang memuaskan. Akan tetapi perjalanan mereka tidak sampai disitu saja, mereka masih harus mencari perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikannya. Diwaktu senggang, mereka berdua sibuk mencari perguruan tinggi yang akan mereka daftari. Edward dan Griselda mengikuti tes diperguruan tinggi yang telah mereka pilih sendiri-sendiri. Banyak usaha yang sudah mereka lakukan. Setelah mengikuti beberapa tes di perguruan tinggi, mereka tinggal menunggu hasilnya saja.
Hari yang mereka nantikan pun telah tiba, yaitu hari diumumkannya hasil tes masuk perguruan tinggi. Hati mereka sangat berdebar, mereka tidak sabar untuk mengetahui hasil tes yang telah mereka lalui. Edward dan Griselda mengunjungi ke tempat perguruan tinggi masing-masing untuk melihat hasilnya. Edward merasa sangat senang, karena ia telah lolos dan diterima di UNDIP. Griselda melihat pengumuman di SEMESTA, hatinya terus berdebar sangat cepat. Ia segera menuju ke papan yang sangat ramai, dimana hasil tes ditempelkan. Griselda mencari namanya dipapan dengan susah payah, karena banyak siswa yang juga ingin melihat hasil tes nya. Setelah lama mencari, akhirnya Griselda menemukan namanya dan ia sangat senang sekali. Ia diterima di universitas yang ada di Istanbul, Turki. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur kepada Allah SWT, karena impiannya dapat terwujud, yaitu dapat melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Turki.
Griselda segara menghubungi Edward dan memintanya untuk bertemu di Moon Café. Ia bergegas menuju ke motor dan pergi ke Moon Café untuk menemui Edward. Griselda tidak sabar ingin membagi berita bahagia kepada Edward. Tibalah ia di Moon Café, dengan segera ia masuk kedalam, suasananya sangat nyaman, cocok sekali untuk wasting time dan kongko. Griselda naik ke lantai dua, tetapi sebelum ia naik, ia memesan minuman dan cemilan. Sesampainya dilantai dua, ia segera mencari tempat duduk yang nyaman dan strategis. Akhirnya ia memilih duduk dekat dengan kaca, sehingga ia dapat melihat ke arah luar. Griselda tidak sabar menunggu kedatangan Edward, beberapa kali ia meneleponnya, akan tetapi tidak ada jawaban dari Edward. Griselda mulai khawatir jika Edward tidak datang untuk menemuinya. Ia mengirimi Edward pesan. Tak lama setelah mengirim pesan, Edward pun tiba, lalu menghampiri Griselda yang sejak tadi menunggunya.
Edward berkata, “Maaf ya udah buat kamu nunggu lama”. Griselda menjawab,”iya sudah engga apa ko, aku juga belum begitu lama menunggu”. Setelah itu mereka asik mengobrol bersama, Griselda mulai menceritakan kabar bahagia itu kepada Edward. Ketika mendengar berita itu Edward senang bercampur sedih. Ia senang karena kekasihnya dapat menggapai impiannya, dan ia sedih karena harus merasakan long distance relationship. Edward tidak siap jika harus ditinggal Griselda, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia tidak ingin menghalangi impian kekasihnya itu. Griselda menangkap wajah sedih Edward, kemudian Griselda menggenggam tangan Edward sambil berkata,”Gendut, aku disana belajar bukan main-main, kamu engga usah khawatir. Aku bisa jaga diri kok, percaya deh. Aku akan selalu ngabarin kamu disela-sela waktuku. Aku juga akan selalu setia sama kamu, tenang aja, engga ada yang bisa ngegantiin posisi kamu dihati aku kok, seutuhnya hanya milik kamu”. Setelah mendengar kata itu, Edward tersenyum dan membalas menggenggam tangan Griselda. Beberapa saat keheningan terjadi diantara mereka, mereka masih sibuk dengan pikirannya masing-masing. Keheningan mereka terpecahkan ketika pelayan datang mengantarkan pesanan yang telah mereka pesan. Akhirnya mereka melanjutkan mengobrol kembali.
****
Griselda membuka situs yang akan membawanya ke Turki, ia membaca setiap pengumuman dan apa saja yang harus ia persiapkan. Tak lupa ia mencatat jadwal keberangkatannya ke Jakarta untuk berlatih bahasa selama dua minggu. Setelah selesai mencatat keperluan dan jadwal keberangkatannya, ia segera memberitahu ayahnya untuk membantu mempersiapkan keperluannya. Griselda sibuk mengepak barang yang akan ia bawa, sesampainya ia lupa untuk memberitahukan Edward jadwal kebarangkatannya. Empat hari lagi Griselda akan berangkat ke Jakarta, banyak barang yang harus ia bawa. Ia membawa dua koper, satu koper berisi baju-bajunya dan yang satu lagi berisi barang kesayangannya, termasuk boneka panda pemberian Edward ia bawa juga. Setelah mengepak semua barangnya, ia menginagt suatu hal yang sedari tadi mengganggunya, ia teringat bahwa ia harus mengabari Edward jadwal keberangkatannya. Segeralah ia mencari ponselnya untuk menghubungi Edward. Beberapa kali menelfon dan akhirnya diangkat oleh Edward. Griselda mulai menceritakan semuanya, setelah mendengar kabar itu, Edward hanya bisa terdiam, ia tak tau harus berbuat apa lagi, karena waktu yang tersisa untuk bertemu dengan Griselda hanya empat hari saja. Edward benar-benar harus memanfaatkan waktu yang tersisa itu untuk menghabiskan waktu bersama Griselda. Sebelum ia, tidak akan pernah bertemu dengan Griselda lagi, kecuali diliburan kuliahnya nanti.
Griselda meminta maaf kepada Edward karena harus meninggalkannya, tidak bisa berada disisinya untuk beberapa tahun kedepan. Karena Griselda harus menuntut ilmu dan meraih cita-citanya demi membahagiakan kedua orang tuanya. Edward dapat memaklumi kekasihnya, karena itulah yang benar-benar ia inginkan. Sebelum telfon ditutup, Edward berkata kepada Griselda, ia meminta Griselda untuk bertemu dan mengahbiskan waktu bersamanya selama empat hari kedepan. Griselda menyetujui permintaan Edward, dan telfon pun terputus.
Selama sisa waktu yang dimiliki, Edward dan Griselda memanfaatkan waktu untuk bertemu dan bercengkrama. Mereka sangat menikmati setiap perjumpaannya, seakan tak pernah habis obrolan diantara mereka. Empat hari bukanlah waktu yang lama, mereka telah melaluinya, dan kini merupakan hari dimana Griselda harus meninggalkan kota kelahirannya.  Dan juga merupakan hari perpisahan kepada orang tua, adik, dan Edward tentunya.
Pagi itu Griselda bangun awal, ia tidak ingin tertinggal jam penerbangannya. Pesawatnya berangkat pukul 08:00 WIB. Ia mandi kemudian dilanjutkan sarapan bersama dengan keluarganya. Tak lupa ia memeriksa kembali barang bawaannya, agar tidak ada yang tertinggal. Setelah kiranya lengkap, ia mengambil tas jinjingnya. Griselda membawa kedua kopernya menuju ke mobil agar dimasukkan ke dalam bagasi. Kemudia ia dan keluarganya berangkat menuju ke bandara.
****
Pagi itu Edward bangun, ia teringat bahwa hari ini merupakan hari keberangkatan Griselda ke Jakarta, ia segera mandi dan sarapan. Edward tidak ingin terlambat, Edward tidak ingin melihat sosok kekasihnya pergi tanpa ucapan selamat tinggal darinya. Mamanya bingung melihat tingkah Edward yang begitu terburu-buru. Tak biasanya mama nya melihat Edward sperti sekarang ini. Ketika Edward sedang sarapan, mamanya menanyainya, “mau kemana Ed? Pagi-pagi udah rapi banget, dan seprtinya kamu kelihatan terburu-buru sekali? Ada ujian pagi di perguruan tinggi?”. Edward menjawab,”aku mau ke bandara mah, mau nganterin Griselda, dia mau ke Jakarta. Aku pingin lihat dia buat terakhir kalinya mah”. Mamanya masih bingung, dan bertanya lagi,”emangnya Griselda ke Jakarta mau ngapain? Ko kamu bilang buat yang terakhir kalinya? Dia mau menetap di Jakarta?”. Edward menjawab,”Griselda di Jakarta belajar bahasa mah, setelah itu dia akan melanjutkan kuliahnya di Turki. Sudah ya mah, ini udah jam 06:30, aku engga pingin telat, bye mah”. Tak lupa sebelum berangkat Edward mencium kedua pipi mamanya, kemudian ia berangkat.
****
Tibalah Griselda di bandara, ia segera mengambil barang-barangnya dibagasi mobil yang dibantu oleh ayahnya. Griselda bersama keluarganya memasuki bandara dan mencari rombongan yang dari SEMESTA. Mereka menemukan rombongannya kemudian Griselda mulai berkenalan dengan teman seperjalanannya nanti. Ketika Griselda sedang terlarut dalam obrolan mereka tiba-tiba telfonnya berdering, dengan cepat ia segera mengambil telfon genggamnya dan mengangkatnya. Terdengar suara yang sangat ia kenali di ujung sana, “halo, kamu dimana ndutt? Aku ada di bandara ni”. Griselda sangat terkejut mendengar pernyataan itu, rasa senang, bahagia, semuanya menyeruak didalam hatinya. Griselda menjawab, “kamu dimananya? Aku jemput kamu aja, kalo kamu nyari nanti bingung, disini rame banget soalnya”. Edward menanggapi,”aku didekat tempat pembelian tiket pesawat garuda”. “iya udah tunggu dulu disana, aku akan segera menjemputmu” jawab Griselda. Telfon ia masukkan ke dalam sakunya, dan ia bergegas menjemput Griselda. Tetapi sebelum ia pergi ibunya menanyainya akan kemana, Griselda memberi isyarat dengan tangannya bahwa hanya sebentar. Setelah itu ia meninggalkan rombongannya.
Ia berjalan sangat cepat, ia tak sabar ingin segera bertemu dengan Edward. Sampailah Griselda di loket tiket, ia melihat sekeliling, akhirnya ia menemukan sosok Edward. Edward mengenakan jaket coklat dan celana panjang coklat, gaya yang sangat Griselda sukai saat dating bersamanya. Wajahnya sungguh mempesona ketika mengenakan semua itu, karisma yang ia pancarkan sangatlah kuat dan menawan. Kemudian Griselda menghampiri Edward dan menggenggam tangannya, dan itu membuat Edward terkejut. Edward tersenyum melihat kekasihnya ada didekatnya dan menggenggam tangannya dengan sangat kencang. “aku pikir kamu engga datang untuk perjumpaan terakhir kita ini” Griselda membuka pembicaraannya. Edward tersenyum, kemdian ia menjawab ,”engga mungkin kalo aku engga dateng, ini hari terakhir perjumpaan kita sayaaang, aku engga pingin melewatkan ini”. Seulas senyum tampak diwajah Griselda.
Mereka mengobrol sambil berjalan menuju tempat rombongan Griselda berada. Ia bergandengan tangan disepanjang jalan. Hari itu Griselda tampak senang sekali karena Edward dapat datang dihari perjumpaan mereka yang terakhir. Sampailah mereka di tempat rombongan Griselda berada. Griselda mengantar Edward untuk menemui kedua orang tuanya. Ayah Griselda tersenyum ketika menyalami Edward sambil berkata, “eh.. apa kabar?”. Edward menjawab,”kabar baik om, om sendiri bagaimana?”. “saya juga baik” jawab Ayah Griselda. Ibu memanggil Edward,”Ed, sini!”. Kemudia Griselda dan Edward menghampiri Ibu. ”iya tante” sahut Edward sambil tersenyum. “kamu datang kesini to, mau kasih salam perpisahan ya sama Grisel?” Ibu menggoda Edward. Edward hanya tersenyum malu mendengar pernyataan yang Ibu ucapkan. Akhirnya mereka terlarut dalam obrolan masing-masing. Ibu dengan ibu dari peserta lain, Griselda dengan Edward dan ayah Griselda dengan pendamping Griselda.
Tak terasa obrolan mereka membuat waktu berjalan sangat cepat, jam menunjukkan pukul 07:40. Pendamping memanggil para peserta untuk bersiap memasuki ruang chek in. Terlihat wajah-wajah sedih disekitar Griselda. Tentunya ia juga merasakannya, ia harus berpisah dengan keluarga dan juga Edward kekasihnya. Saat itu Grisel menangis dan memeluk kedua orang tuanya, ia melepas seluruh kesedihannya. Setelah cukup berpamitan dengan kedua orang tuanya, Grisel menghampiri Edward untuk berpamitan dengan kekasihnya itu. Wajah Grisel masih merah akibat ia menangis. Grisel meraih tangan Edward sambil berakata, “genduut, aku pergi belajar dulu ya. Maafin aku, karena engga bisa nemenin kamu disini. Aku pingin kamu jaga diri baik-baik ya ndutt. Kesehatan juga dijaga terus ya ndutt, aku engga pingin kamu sakit. Tenang aja ndutt, walaupun raga kita jauh, bukan berarti hati maupun perasaan kita ikut menjauh ko. Rasa kita tetap selalu dekat dan terjaga ndutt, dan aku berharap hubungan kita terus berjalan sampai nantinya”. Edward menjawab, “ iya ndutt, kejarlah mimpimu, raih cita-citamu, bahagiain kedua orang tuamu ndutt. Aku seneng kalo kamu bisa lakuin itu semua, aku ikut bahagia. Tenang aja ndutt, aku akan jaga diri baik-baik kok, dan aku janji gak akan ngecewain kamu. Aku akan selalu jaga hubungan kita ndutt. Kamu percaya sama aku kan ndutt? Dan aku juga memiliki harapan kita ditakdirkan untuk hidup bersama hingga kita menutup umur nantinya”. Ketika Grisel mendengar jawaban itu, ia tak kuasa menahan tangisnya. Akhirnya ia menangis, ia merasakan sesuatu akan hilang dari hidupnya untuk waktu yang sangat lama. Edward tak kuat melihat Griselda manangis, kemudian ia menarik Griselda agar lebih dekat dengannya. Direngkuhlah Grisel dalam peluknya, Edward mencoba untuk menenangkan Griselda dengan mengelus kepalanya. Isakan tangis Grisel mulai mereda, dan tubuhnya tidak gemetar lagi. Edward melepaskan rengkuhannya, kemudian ia mengusap sisa-sisa air mata yang ada dipipi Grisel. “udah jangan nangis lagi, ya udah buruan check in, nanti kamu ketinggalan pesawatmu. Aku disini baik-baik kok ndutt, jangan khawatir” Edward berkata sambil tersenyum. Griselda memeluk Edward lagi dan ia melepaskannya lagi, Grisel menjabat tangan Edward. Edward mencium kening Grisel sambil berkata,”aku sayang kamu Griselda, ingat aku selalu ya”. Griselda menjawab,”aku juga menyayangimu Edward, tenang saja kau akan selalu berada dibenakku”. Setelah itu Grisel meninggalkan Edward dan memasuki boarding pass.
Kesedihan masih menyelimuti Griselda. Marlee teman seperjalanan Grisel melihat kondisi Grisel yang sangat menyedihkan. Marlee menghampiri Grisel, ia memeluk Grisel, untuk memberikan ketenangan. Grisel membalas pelukan Marlee, dan keluarlah semua isakan tangis Griselda. Dengan penuh kasih sayang Marlee menenangkan Griselda yang sedang menangis dalam peluknya. Akhirnya isak tangis Grisel mereda dan mulailah tenang. Terdengar informasi bahwa pesawat tujuan Jakarta akan segera berangkat. Kemudian Marlee mengajak Griselda untuk segera mengikuti rombongan untuk memasuki pesawat.
Masuklah Griselda dan Marlee ke pesawat, kemudian mereka mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya. Setelah menemukannya, Griselda hanya terduduk diam dan memandangi luar melalui jendela pesawat. Pramugari menjelaskan dan mempraktikan cara pemakaian sabuk pengaman kepada penumpang. Marlee dan Griselda memasang sabuk pengaman mereka. Pramugari membertahukan kepada penumpang bahwa pesawat akan segera take off jadi pemunumpang diminta untuk mempersiapkan diri, pesawat pun take off dengan sempurna. Perjalanan Semarang-Jakarta dapat ditempuh dengan pesawat selama 45 menit.
****
Setelah Griselda masuk kedalam ruang boarding pass, tampak kesedihan diwajah edward. Ia akan sangat merindukan kekasihnya itu. Ia pulang dengan tidak ada semangat sama sekali. Edward merasa kesepian dan merasa ada yang hilang dari hidupnya untuk beberapa waktu. Dalam perjalanan pulang ia bingung akan kemana ia pergi. Akhirnya ia memutuskan untuk main bersama teman-temannya untuk sedikit menghilangkan beban pikiran yang mengganggunya semenjak kepergian Griselda.
****
Tibalah Griselda di Jakarta, ia dan Marlee segera turun untuk mengikuti rombongannya. Bus jemputan sudah datang, masuklah mereka ke bus. Griselda mencari telfon genggamnya untuk mengabari keluarganya dan Edward bahwa ia telah tiba di Jakarta dengan selamat. Bus membawa mereka ke wisma tempat penginapan yang akan mereka tinggali selama satu minggu. Setelah tiba di wisma, mereka turun dan masuk ke wisma untuk mencari kamar masing-masing yang telah diberitahukan kepada setiap siswa. Griselda satu kamar dengan Marlee, ia sangat seneng sekali bisa satu kamar dengannya, karena Marlee anak yang baik dan perhatian.
Selama di Jakarta Grisel dan Marlee selalu bersama, dari tidur, pelajaran sampai makan pun mereka selalu bersama. Mereka sangat akrab sekali, hingga dari masing-masing sudah mengetahui watak masing-masing. Tak terasa satu minggu sudah mereka lalui, dengan belajar bahasa Turki tingkat dasar. Hari senin pun telah tiba, dan itu merupakan hari keberangkatan peserta ke Turki. Grisel dan Marlee menyiapkan seluruh barang-barangnya, mereka tak menginginkan ada barang yang tertinggal satupun. Untuk mengantisipasi barang tertinggal mereka mengecak ulang seluruh ruangan mereka dengan teliti. Setelah memeriksa seluruh ruangan dan yakin tak ada yang tertinggal, mereka keluar kamar untuk mengikuti rombongan mereka.
Para peserta diberi pembekalan untuk perjalanan yang memakan waktu 16 jam ini. Tentunya ini merupakan perjalanan yang panjang. Setelah pemberian pembekalan, para peserta menuju ke bus untuk menuju ke bandara. Perjalanan dari wisma sampai ke bandara dapat ditempuh kurang lebih satu jam, karena padatnya jalanan raya ibu kota. Tibalah seluruh peserta di bandara, mereka segera mengikuti pendamping yang telah mempersiapkan keberangkatannya. Para peserta masuk ke tempat boarding pass dengan tertib. Tak lupa sebelum penerbangan Griselda mengabari kepada kedua orang tuanya dan Edward bahwa ia akan terbang ke Turki pagi ini. Marlee juga mengabari kedua orang tuanya. Setelah mengabari keluarga Griselda dan Marlee mengobrol bersama sambil menunggu penerbangan mereka. Mereka berdua tak sabar untuk sampai ke Turki dan merasakan suasana baru di negara baru bagi mereka. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, dan bagian informasi mengumumkan para penumpang tujuan Jakarta-Singapura-Dubai-Turki untuk segera naik ke pesawat. Kemudia pendamping mengarahkan para peserta untuk naik ke pesawat. Lagi-lagi Griselda dan Marlee duduk bersama dan menjadi teman seperjalanan lagi. Pramugari memberitahukan para penumpang untuk segera memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera take off. Didalam pesawat Grisel dan Marlee mengobrol, sekali-kali mereka sibuk dengan sendirinya untuk menghilangkan kejenuhan perjalanan yang panjang.
****
Enam belas jam telah dilalui para peserta, sungguh perjalanan yang sangat panjang. Griselda dan Marlee telah tiba di tempat yang telah lama mereka impikan, Turki. Mereka sangat senang sekali dapat menginjakkan kaki di tempat yang telah lama mereka impikan. Tampak tawa dan raut wajah yang ceria di wajah mereka. Mereka ingat dan segera mencari telpon genggam, mereka akan mengabari orang tua dan tentunya Grisel tidak lupa mengabari Edward. Tetapi setelah membuka lock pada layar hp nya, mereka saling berpandangan dan bingung. Karena mereka tidak menemukan jaringan signal di hp nya. Mereka ingat pesan pendampingnya bahwa kartu perdana yang peserta gunakan tidak dapat digunakan di Turki. Mereka harus membeli kartu perdana Turki agar dapat menggunakan hp nya masing-masing. Akan tetapi Grisel dan Marlee tidak pendek akal, mereka mendekati sebuah café yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada, dan mereka menemukan jaringan wifi. Dengan cepat mereka segera mengabari orang tua melalui BBM. Grisel mengabari Edward melalui Twitter dengan mengirimkan foto nya yang sedang berdiri didekat taman utama yang ada di Turki. Sungguh taman yang indah, Grisel terkagum-kagum melihat taman tersebut. Ketika sedang menikmati taman yang indah, pendamping memanggil mereka untuk segera berkumpul.
Pendamping memberikan berkas-berkas kepada para peserta, karena setiap peserta ditempatkan di kota yang berbeda-beda. Grisel terpisah dengan Marlee, mereka terlihat tampak sedih sekali karena mereka harus terpisah universitasnya. Akan tetapi mereka beruntung, karena masih satu kota. Akhirnya mereka memutuskan untuk naik bus umum yang ada disana, dan mereka tak lupa untuk bertanya kepada pemeriksa karcis tempat tujuan mereka masing-masing. Karena Grisel dan Marlee tidak sama apartementnya. Mereka menikmati perjalanan mereka, hingga Marlee harus turun meninggalkan Grisel didalam bus sendirian. Marlee telah tiba di apartementnya sedang Griselda masih harus berhenti di pemberhentian berikutnya dan ia akan menemukan apartementnya. Tidak membutuhkan waktu lama, tibalah Griselda di tempat pemberhentian busnya, ia turun dan mencari apartementnya. Disana ia bingung karena tidak menemukan alamat tujuannya, akhirnya ia memutuskan untuk ke kantor polisi terdekat untuk bertanya alamat. Griselda menemukan kantor polisi yang ternyata tidak jauh dari tempat pemberhentiannya tadi. Ia bertanya kepada polisi, dan dengan senang hati polisi tersebut mengantarkan Griselda ke tempat tujuannya. Griselda diantar menggunakan mobil patroli yang biasa digunakan untuk berpatroli. Tibalah Grisel ditempat tujuannya, dan tak lupa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada polisi yang telah mengantarnya itu. Kemudian masuk ke aprtement, ternyata ada yang telah menunggunya sejak tadi diapartement tersebut. Ternyata orang yang menunggunya adalah salah seorang pendamping asli Turki yang telah bekerja sama dengan ikatan pendidikannya. Kemudian Griselda diantar menuju ke kamarnya untuk beristirahat sejenak.
Kamarnya ada di lantai 5 dan bernomor 55, sungguh nomor yang sangat cantik. Setelah pendamping menjelaskan semuanya, pendamping itu keluar meninggalkan Grisel agar ia dapat beristirahat. Akan tetapi sebelum pendamping itu keluar Griselda menanyakan tempat pembelian kartu perdana, karena hp nya tidak dapat digunakan untuk mengakses jaringan internet dan telepon. Pendamping itu menjelaskan semuanya, bahwa kartu perdana akan diberi dari ikatan pendidikannya. Tetapi jika membutuhkan jaringan internet, didalam apartementnya telah disediakan wifi. Tak lupa pendamping memberikan passwordnya agar dapat diakses jaringannya. Setelah menjelaskan, pendamping meninggalkan Grisel.
Griselda mengeluarkan baju-bajunya dan menatanya didalam almari yang telah disiapkan. Tak lupa ia mengelurkan panda kesayangannya. Panda pemberian Edward ketika di hari kelahirannya yang ke-17 tahun. Ia memeluk panda itu dengan erat sekali, ia sangat rindu dengan kekasihnya itu. Ingin sekali ia bertemu dengannya. Kamudian mengecek Twitternya, apakah ada balasan dari Edward, ternyata ada dan ia senang sekali karena saat ini Edwrad sedang online dan mulai lah mereka saling bercakap-cakap, saling melepas rindu satu sama lain. Cukup lama mereka berkomunikasi, hingga Griselda lupa tepat pukul 07:00 pm ia harus berkumpul di ruang pertemuan. Grisel melihat jam, dan sebentar lagi ia harus menghadiri pertemuan di apartement barunya. Ia bergegas mandi dan cepat-cepat berpakaian, setelah selesai mengenakan jilbabnya tepat saat itu pula terdengar suara ketukan dari pintu luar. Griselda membukakan pintu, pendampingnya telah berada didepannya untuk mengantarkan Grisel ke ruang pertemuan sekaligus makan malam bersama teman-teman yang lainnya.
Pendamping mengantar Griselda memasuki ruangan yang sangat luas sekali, dan banyak peserta lain yang sudah berada disana. Grisel menempatkan diri ditempat yang telah dipersiapkan untuknya. Ia mengikuti pertemuan yang membahas tentang Turki secara keseluruhan, terutama pada pendidikannya. Cukup lama pembahasan tentang pendidikan, dan sekarang tibalah saatnya para peserta dipersilakan untuk menikmati makan malam yang telah dihidangkan. Griselda menyantap makan malamnya. Setelah pertemuan selesai Grisel kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
****
Kuliah sarjana di Turki membutuhkan waktu yang sama seperti kuliah di Indonesia yaitu selama empat tahun. Akan tetapi gelar sarjana di Turki telah di akui secara internasional yaitu, Bachelor. Empat tahun itu, satu tahun belajar bahasa Turki dan tiga tahunnya untuk kuliahnya. Di Turki tidak ada skripsi seperti di universitas lainnya. Selain pendidikannya yang berkualitas, banyak juga tempat wisata yang menarik di Turki. Sehingga para peserta tidak akan bosan jika tinggal disana. Selain itu para pelajar di Turki sangat dihargai, tinggal tunjukkan kartu pelajar saja, seorang pelajar dapat mendapatkan diskon untuk pembelian barang.
Selama di Turki Grisel selalu menyempatkan diri untuk mengabari kekasihnya keadaan setiap harinya. Ia tidak pernah lupa melakukan hal tersebut. Yaa, sekarang mereka sedang merasakan LDR, tidak tanggung-tanggung, antar negara mereka LDR. Sangat romantic dan juga sangat mengesankan. Seminggu tiga kali mereka saling berkomunikasi, tidak ada sentuhan secara fisik, mereka hanya melalui video call dan skype. Rindu menggebu diantara mereka, akan tetapi tidak ada yang dapat mereka lakukan, hanya waktu yang dapat mempertemukan mereka.
Dua tahun lebih enam bulan sudah Griselda lalui, tinggal satu tahun setengah lagi Grisel dapat menyelesaikan kuliahnya. Untuk liburan semester kali ini Griseld akan menghabiskannya di Indonesia, ia sangat merindukan tanah tempat kelahirannya. Ia memutuskan untuk pulang, ada waktu 2 bulan liburan semester, jadi ia ingin memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ia ingin sekali dapat menghabiskan waktu liburannya dengan keluarganya dan juga dengan Edward.
Griselda menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk keperluannya, ia mengepak baju satu koper penuh dan juga membawa oleh-oleh untuk diberikan ayah, ibu, adik dan juga kekasihnya- Edward. Setelah selesai semuanya, ia mengecek kembali jadwal penerbangannya melalui internet. Griselda membeli tiket secara online, setelah tiba di bandara ia akan menukarkan tiket sementaranya dengan tiket asli. Ia menelepon taxi untuk menjempunya di apartement nya. Tak butuh waktu lama menunggu, taxi telah tiba didepan apartement. Telepon yang ada dikamar Griselda berdering, ia segera mengangkatnya. Ternyata telepon tersebut dari bagian resepsionis, mengabarkan bahwa taxi yang telah dipesan Grisel telah tiba. Grisel segera menutup telepon dan menuju ke bawah menggunakan lift. Setibanya dibawah pintu lift terbuka, petugas banket membawakan koper bawaan Griselda untuk dimasukkan kedalam bagasi taxi. Tak lupa Grisel memberi tip kepada petugas banket yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Griselda memasuki taxi dan taxi pun berjalan menelusuru kota Istanbul, Turki. Pagi itu jalanan tidak begitu macet, sehingga Grisel tiba di bandara dengan tepat waktu.
Griselda memasuki bandara dan segaralah ia menukarkan tiketnya. Ia memasuki ruang boarding pass, karena sebentar lagi ia harus memasuki pesawat dan memulai perjalanan yang panjang. Setelah semua urusan selesai, Grisel membuka telepon genggamnya untuk mengabari Marlee bahwa ia akan pulang ke Indonesia. Setelah mengabari sahabat baiknya, ia ingin mengabari keluarganya tentang berita kepulangannya. Akan tetapi Grisel mengurungkan niatnya, ia ingin memberikan kejutan kepulangan kepada keluarganya. Akhirnya Grisel memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya. Dari bagian informasi mengabarkan bahawa pesawat tujuan Dubai akan segera berangkat. Griselda segera menuju ke pesawat dan duduk sesuai dengan nomor kursinya. Kali ini Griselda berada di business class. Ya, benar, kelasnya para pejabat yang ingin lebih menikmati privasinya. Ia mempersiapkan diri dan memasang sabuk pengamannya, pesawatpun take off dengan sempurna. Di dalam perjalanan ia membaca novel miliknya. Kemudian Grisel beristirahat untuk mengistirahatkan diri sejenak.
Tujuh belas jam berlalu, dan tibalah Griselda di tanah kelahirannya -Semarang, Indonesia- sungguh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Griselda menggeret kopernya dan keluar dari bandara untuk mencari taxi. Ia tiba di Semarang pukul 19:00 WIB, ia mendapatkan taxi dan segera ia masuk ke dalam taxi. Grisel tak sabar ingin segera bertemu dengan keluarganya. Griselda meluncur melewati jalanan kota Semarang. Jalanan lumayan macet malam itu, Grisel hanya bisa menunggu. Tibalah Griselda di rumah, dengan perasaan senang ia mengetuk pintu. Tak lama kemudian ibu keluar membukakan pintu, dengan seketika Griselda memeluk ibunya. Ia menangis dipelukan ibunya, ia rindu kepada keluarganya. Griselda masuk ke dalam rumah dan membuka tas kopernya untuk memberikan oleh-oleh untuk keluarganya. Dan malam itu Griselda menghabiskan waktu dengan keluarganya.
Paginya ia bangun awal, sembahyang kemudian jogging disekitar komplek rumahnya. Ia merasakan suasana yang beda, ya suasana yang sangat ia rindukan. Pagi ini ia sudah memiliki jadwal acara untuk menemui Edward, yaa! pujaan hatinya. Setelah pulang dari jogging Griselda membantu ibunya untuk menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Kemudian ia membereskan rumah, agar rumah tampak rapi. Tepat pukul 09:00 WIB Griselda telah menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Ia mencari ponselnya untuk menghubungi mamah nya Edward untuk menanyakan keberadaan Edward saat ini. Satelah menghubungi mamah, dan sudah pasti bahwa hari ini Edward di rumah, ia bergegas mandi dan segera berpakaian untuk pergi ke rumah Edward. Griselda sudah rapi, ia siap untuk ke rumah Edward, ia izin kepada ibunya ingin main dengan teman-temannya. Ibu mengizinkannya pergi, tak lupa Grisel membawa oleh-oleh untuk Edward dan juga berpamitan kepada ibunya.
Griselda meninggalkan rumah tepat pukul 09:30 WIB. Sebelum menuju rumah Edward, Griselda mampir ke toko roti untuk membeli kue tart yang akan diberikannya kepada Edward. Griselda memesan kue yang semua dilapisi dengan cokelat karena ia sangat suka cokelat. Tak lupa ia menuliskan kata di atas tartnya, “I Love You Edward”. Setelah mendapatkan tartnya Griselda berangkat ke rumah Edward. Ia mengendari skuter maticnya. Tibalah Griselda dirumah Edward, ia memanggil-manggil dari luar pagar.  Tak lama kemudian, keluarlah Edward, ia mengenakan kaus oblong dan celana pendeknya. Ketika Edward membuka pintu ia sangat terkejut, karena tak menyangka apa yang telah ia lihat. Kemudian Grisel mengucapkan, “surprise!!”. Edward segera membuka pagarnya dan dengan seketika ia memeluk Grisel. Edward memeluknya dengan erat, Griselda hanya diam saat Edward memeluknya, bahkan ia membalas pelukan Edward, karena ia juga sangat merindukan lelaki ini.
Edward mengajaknya masuk untuk menemui mamanya. Mamahnya tersenyum ketika melihat Griselda, beliau terlihat sangat ramah. Kemudian Griselda memberikan tart yang telah ia beli tadi dan memberikan oleh-olehnya kepada Edward dan mamanya. Mereka tampak senang dengan pemberian Grisel, akhirnya mereka terlarut dalam obrolan mereka hingga waktu yang sangat lama. Tepat pukul 15:00 WIB Griselda berpamitan pulang. Karena sudah lama ia main dirumah kekasihnya itu. Griselda pulang dan beristirahat di rumah. Paginya Edward menjemputnya untuk diajak main lagi bersamanya. Satu bulan Grisel menghabiskan waktunya untuk keluarga dan Edward. Tak terasa waktu liburnya harus secepat ini. Satu bulan sudah terlewatkan, dan kini saatnya Griselda kembali pulang ke Turki untuk melanjutkan pendidikannya.
Hari minggu, Griselda telah menata kopernya. Ia siap untuk kembali pulang dan melanjutkan pendidikannya. Pesawatnya akan berangkat pukul 09:00 WIB, ia segera mempersiapkan diri untuk keberangkatannya. Ayahnya tidak bisa mengantarkannya ke bandara karena ada rapat yang tidak dapat ditinggalkannya. Edward lah yang akan mengantarkannya ke bandara. Pagi-pagi Edward datang ke rumah Grisel untuk mengantarnya ke bandara. Griselda sudah siap, Edward pun berangkat mengantar Griselda, tapi sebelum berangkat Grisel berpamitan kepada ibunya.
Mereka berangkat dengan menggunakan mobil. Didalam mobil mereka bersendau gurau bersama, tak lama kemudian tibalah mereka di bandara. Edward menurunkan koper milik Grisel dan membantu membawakannya. Mereka tiba di bandara tepat pukul 08:00 WIB. Ia sengaja mengantarnya awal, agar dapat mengobrol dengan Grisel dengan lama. Mereka mengobrol hingga lama, akan tetapi waktu satu jam itu bukanlah waktu yang lama, dan jam telah menunjukkan pukul 08:45 WIB, dan ini saatnya Griselda untuk berpamitan dengan Edward. Griselda menjabat tangan Edward, ia menggenggamnya dengan sangat lama. Tak kuasa Grisel menahan air matanya, karena ia harus berpisah kembali dengan kekasihnya. Kemudian Grisel memeluk Edward dengan sangat erat, tangisnya pun pecah. Saat itu Edward tidak dapat melakukan apa-apa selain menenangkan kekasihnya itu. Griselda melepaskan pelukannya, wajahnya masih merah akibat tangisnya. Untuk terakhir kalinya Grisel menjabat tangan Edward lagi, kemudian Griselda pergi meninggalkan Edward. Tapi sebelum Grisel pergi, Edward menarikya dan merengkuhnya dalam pelukannya. Setelah itu Edward mencium kening Griselda sebagai tanda perpisahan sementara dengan Grisel. Kemudian Grisel berjalan memasuki ruangan boarding pass.
Terdengar informasi yang menjelaskan bahwa pesawat akan berangkat, Griselda berjalan menuju peswat. Ia memasuki pesawat dan duduk diam dibangkunya. Pramugari mengingatkan kepada penumpang untuk memasang sabuk pengamannya. Karena pesawat akan take off. Pesawat take off dengan sempurna. Sementara itu Edward hanya dapat memandangi kepergian Griselda. Ia hanya dapat memandangi pesawat yang membawa kekasihnya pergi jauh meninggalkannya untuk waktu yang cukup lama.
Hubungan mereka terus berjalan dengan baik walaupun mereka dipisahkan antar negara dan antar benua. Akan tetapi cinta mereka selalu sama, tidak pernah berkurang bahkan semakin banyak. Dapat diambil nilai moral dalam cerita tersebut, bahwa tidak selamanya LDR dapat menghancurkan sebuah hubungan. Tapi dapat mempererat hubungan semakin kuat lagi. Kunci dari LDR hanyalah kepercayaan dan kejujuran. Karena itulah yang dapat membangun kekuatan cinta mereka. Dan jangan lupa jaga komunikasi dengan baik, karena itu sangat penting. Mungkin cuman itu pesan yang dapat di ambil.

Rabu, 06 April 2016

Between Sharon and Robert

Sharon seorang mahasiswa disebuah universitas ternama. Dia anak yang rajin, ramah, asik, dan ceria. Tak salah jika banyak teman-teman yang menyukainya, karena kebaikannya. Sharon anak yang aktif, dia selalu mengikuti kegiatan di universitasnya. Sampai suatu saat dia mengikuti sebuah organisasi dan ada sesuatu yang membuatnya tertarik untuk menghadiri setiap pertemuan di organisasi tersebut.
Awalnya Sharon tak begitu menyukai organisasi tersebut, karena melelahkan. Tetapi semakin hari Sharon semakin aktif dan bersemangat dalam organisasi tersebut. Ada alasan kuat yang membuatnya menjadi rajin.
Benar sekali, Sharon tertarik dengan seseorang. Sehingga ia tak ingin melewatkan satu kegiatan apapun demi melihat sosok tersebut. Namanya Robert, ia satu semester lebih awal dari Sharon. Banyak wanita yang menyukai Robert, selain dari ketampanannya ia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Robert, seorang yang ramah, baik, dermawan, dan pandai. Sosok itulah yang dapat menghancurkan dinding kokoh yang ia bangun didalam hatinya, untuk menutup luka yang pernah ia alami semasa SMA dulu.
Sharon mengenal Robert karena temannya yang mengenalkan mereka. Mereka berteman dengan baik, kadang disuatu kesempatan mereka mengobrol bersama. Semakin hari mereka semakin dekat. Hingga mulailah muncul perasaan diantara mereka. Tapi Sharon dan Robert selalu menghiaraukan perasaan satu sama lain. Mereka menikmati kedekatan mereka apa adanya.
Siang itu Robert sedang duduk di taman sambil mengulaskan kuas diatas kanvas dengan warna-warna yang indah. Benar, Robert sedang melukis, itu merupakan hobinya untuk menyalurkan imajinasi-imajinasi yang ia punya. Saat ia sedang melukis Robert melihat seorang gadis berbaju merah dan bertopi sedang duduk dikursi taman sendirian. Gadis itu sedang sibuk dengan kamera yang sedang ia pegang. Robert mengawasi gadis itu secara seksama, dan ia merasa mengenali sosok tersebut. Gadis itu adalah Sharon, gadis yang ia sayangi dan cintai dengan sepenuh hati. Seulas senyum bahagia terlukis diwajah Robert, karena melihat sosok yang ia sangat nantikan kehadirannya.
Robert menambahkan sosok tersebut didalam lukisannya, dengan semangat ia melukis gadis itu. Tak lama kemudian kanvas yang tadinya hanya berisi warna-warna indah sekarang telah berubah menjadi pemandangan dengan seorang gadis berbaju dan bertopi merah. Menurutnya lukisan itu merupakan yang terindah dari lukisan-lukisan lain yang pernah ia lukis sebelumnya.
Robert menghampiri Sharon yang sedang membidikkan kameranya ke seekor bangau yang sedang berdiri di sungai. Sharon terkejut dengan kehadiran Robert yang secara tiba-tiba. Dengan cepat ia segera menyembunyikan kamera dibalik tubuhnya. Pipinya merah merona karena malu akibat kehadiran Robert.
Robert tersenyum melihat ekspresi gadis itu. Dengan mata bulat yang membesar dan bibir yang menganga akibat shock karena kehadiran Robert. Dengan cepat Sharon mengondisikan dirinya agar terkontrol didepan Robert. Mereka mengobrol bersama, dan menanyakan satu sama lain keseringan mendatangi taman ini. Dan jawaban mereka sama, ternyata mereka sering mendatangi taman ini untuk menyegarkan pikiran melalui hobinya masing-masing.
Mereka berjalan dipinggir menyusuri sungai yang berada di taman sambil mengobrol. Setelah berjalan cukup lama, tibalah mereka di jembatan yang menghubungkan Rose St dan Orchid St. Jembatan itu tak terlalu ramai dilalui oleh pejalan kaki siang itu. Tiba-tiba Robert menggenggam tangan Sharon dan mengungkapkan perasaan yang ia rasakan terhadap Sharon. Perasaan yang telah lama ia simpan, perasaan yang telah lama takut untuk diutarakannya dan siang ini akhirnya keberanian itu muncul. Keberanian untuk mengutarakan perasaannya kepada Sharon.
Saat mendengar pernyataan Robert, Sharon sangat terkejut. Tapi jauh didalam lubuk hatinya yang terdalam, ia sangat bahagia, senang bukan kepalang. Kerena yang ia nanti-nantikan akhirnya ia dapatkan, dinding kokoh yang ia bangun didalam hatinya runtuh seketika. Pipi Sharon merona, dengan malu-malu ia menjawab pertanyaan Robert, ia mengiyakan pertanyaan Robert. Dan siang itu merupakan hari bahagia bagi mereka berdua.
Dilain hari berikutnya Robert menjemput Sharon untuk berangkat ke kampus bersama. Setiap hari mereka berangkat ke kampus bersama, bahkan pada saat istirahat pun mereka makan bersama di kantin. Mereka sangat bahagia, senyum selalu terulas diwajah mereka berdua.
Tetapi, kebahagiaan yang mereka ciptakan membuat salah seorang gadis yang benar-benar menyukai Robert tidak senang. Ia sangat marah ketika mendengar berita laki-laki pujaan hatinya telah dimiliki oleh orang lain. Gadis ini bernama Brietha. Ia memiliki paras yang cantik, senyum yang menawan, kulit yang bersinar, dan ia sangat kaya. Banyak laki-laki di kampus yang menyukai Brietha karena kecatikannya. Tapi ia sombong dan angkuh. Ia selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Brietha memiliki dua orang sahabat, namanya Karen dan Celine. Kedua sahabatnya juga tak jauh beda dengan Brietha, cantik, modis, dan juga sombong. Banyak teman-teman wanita tidak menyukai Brietha dan kedua sahabatnya itu. Karena kesombongan mereka.
Suatu hari Brietha, Karen, dan Celine sedang mengobrol dan makan siang di kantin. Brietha melihat Robert duduk sendiri sambil makan. Munculah pikiran untuk mendekati Robert. Brietha berkata kepada dua sahabatnya untuk mencari Sharon. Mereka segera melakukan tugasnya masing-masing.
Brietha menyapa Robert dan duduk disampingnya. Mereka mengobrol bersama. Robert tak mengerti akan kehadiran Brietha yang secara mendadak. Karena Robert sebenarnya sedang menunggu Sharon yang masih di perpustakaan mencari bahan untuk melengkapi makalahnya. Robert menanggapi celotehan Brietha seperlunya. Ia berusaha tidak membuka pembicaraan dengan Brietha. Karena Robert tahu, bahwa Sharon sangat tidak menyukai Brietha. Sharon pernah memberitahu Robert tentang hal-hal yang pernah dilakukan Brietha untuk melukai orang-orang yang menurutnya menghalangi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Robert sangat berhati-hati saat menanggapi Brietha, karena jika tidak, ia akan tenggelam dalam pembicaraan yang intim dengan Brietha. Dan jika Sharon melihat kebersamaannya dengan Brietha, pasti akan cemburu buta.
Karen dan Celine mengelilingi kampus untuk mencari keberadaan Sharon. Saat sedang berjalan mereka melihat Sharon baru saja keluar dari perpustakaan. Segera saja mereka mengejar Sharon sambil memanggil-manggil namanya. Sharon berhenti dan mencari orang yang memanggil-manggil namanya. Ia melihat Karen dan Celine lari menghambur mengahmpirinya. Kemudian Sharon menanyakan maksud kedatangan mereka. Mereka meminta Sharon untuk membantu mengerjakan makalah yang akan mereka buat. Sharon mengajak mereka ke perpustakaan untuk mencari bahannya. Akan tetapi mereka menolak dan mengajak Sharon untuk menemaninya makan siang di kantin. Awalnya Sharon tak mau menuruti ajakan kedua temannya itu. Tetapi setelah Karen dan Celine menjelaskan alasannya, akhirnya Sharon mau. Sharon kasihan kepada mereka karena telah berkeliling kampus untuk mencarinya.
Tibalah mereka di kantin, sengaja Karen memilih tempat duduk yang tak jauh dari Brietha dan Robert. Sharon tak sadar bahwa ia sedang dijebak oleh Brietha dan kawan-kawannya. Mereka duduk lalu memesan makanan dan minuman. Ketika sedang menunggu makanannya tak sengaja Sharon melihat sosok yang sangat ia kenali. Dengan perasaan marah ia bangkit dari tempat duduknya kemudian menghampiri Robert dan Brietha. Sharon menatap Brietha dengan tatapan berang, tetapi Brietha hanya membalas dengan senyum licik dan penuh kemenangan. Tak kuasa Sharon menahan amarahnya dan kecemburuannya, ia berlalu meninggalkan Robert dan Brietha. Dengan hati yang terluka ia berlari mengambil tas dan buku-bukunya, kemudia ia pergi meninggalkan kantin. Ia sangat kecewa dengan Robert.
Robert segera berlari untuk menyusul Sharon. Dengan hati yang gontai ia terus berlari dan mencari keberadaan Sharon untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada kekasihnya itu. Ia melihat Sharon menaiki Tramway, dan ia tahu arah yang akan dituju oleh Sharon. Ia sangat hafal dengan kekasihnya itu. Dengan cepat ia berlari menuju mobil tempat ia memarkirkannya. Robert segera menyusul kekasihnya itu.
Tibalah Sharon di taman. Tempat untuk ia menenangkan pikirannya, ia segera menghambur dan duduk di kursi taman tempat yang biasa ia menghilangkan dan menyegarkan pikirannya. Ia menangis di kursi sambil memeluk tasnya. Katika Sharon masih menangis, ia sadar bahwa ada orang yang sedang berdiri didepannya. Orang itu mendekat dan duduk disampingnya. Sharon mengenali orang itu. Robert, ia duduk disamping Sharon kemudian meraih tangannya. Sharon mengangkat wajahnya yang merah dan mata yang sembap akibat menangis, dan menatap Robert. Ia sangat kesal dengan kekasihnya itu. Sharon menunduk dan menunggu penjelasan dari Robert. Robert berkata dengan lembut kepada Sharon. Dengan pelan dan sabar ia menjelaskan kehadiran Brietha disampingnya. Setelah Robert selesai menjelaskan, Sharon masih tertunduk dan terdiam. Kemudian Robert merengkuh kekasihnya itu dengan penuh kasih sayang. Sharon menyambut pelukan hangat dari Robert. Mereka berbaikan dan berbahagia kembali.
Semenjak kejadian itu, Robert lebih berhati-hati lagi. Terutama dengan Brietha dan kedua sahabatnya itu. Mereka sangat licik, mereka ingin sekali mengahncurkan hubungannya dengan Sharon. Robert telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan membuat Sharon sedih dan menangis. Ia ingin menjadi alasan utama Sharon tersenyum dan bahagia. Mereka bahagia dan dapat melewati setiap tantangan-tantangan yang menguji hubungannya.
Tak terasa kuliah telah usai, Robert telah bekerja di sebuah perusahaan besar, dan ia ditempatkan sebagai manager. Kini giliran Sharon yang harus mencari kerja. Tapi ia tak susah mencari kerja, karena ia telah memiliki bakat yang telah turun temurun dari ibunya. Ibunya seorang designer terkenal, dan Sharon memiliki bakat merancang busana-busana. Sharon tak ingin bekerja kepada orang lain, tapi ia ingin menciptakan lapangan pekerjaan. Ia meminta ayahnya modal untuk membeli bahan-bahan untuk membuat pakaiannya, dan ia juga meminta ayahnya untuk membangun butik untuk usaha yang akan dirintisnya itu.
Seiring berjalannya waktu, Robert dan Sharon semakin sukses. Mulailah mereka memikirkan hubungan yang sedang mereka jalani. Sharon menginginkan hubungan yang lebih serius dengan Robert. Karena mengingat kedua orang tua nya sudah menginginkan momongan.
Selang dua tahun kemudian, mereka menikah. Pernikahannya sangat meriah. Karena masing-masing orang tua Robert dan Sharon seorang pengusaha yang sukses dan terkenal. Tak heran jika pesta pernikahannya sangat mewah. Tamu-tamu besar hadir diacara pernikahannya. Mereka semua berbondong-bondong mengucapkan selamat kepada mereka.
Satu tahun kemudian, Sharon mengandung, itu merupakan berita bahagia bagi seluruh keluarga besar mereka. Karena orang tua mereka sudah menginginkan seorang cucu.
Sharon melahirkan, anaknya perempuan dan kembar. Sharon sangat bahagia, karena sejak lama ia menginginkan anak kembar, dan impiannya pun telah tercapai. Pada akhirnya Robert dan Sharon bahagia selamanya bersama kedua anak kembar yang telah dilahirkan itu.

Jumat, 19 Februari 2016

Make They Smile and Happy

Sebuah cerita dari kita untuk semua :)
Kita semua tahu, tidak ada yang abadi di dunia ini
Kita semua tahu Allah telah mengatur jalan kita
Disini kita hanya bisa menjaga apa yang telah diberikaan saat ini

Tidak semua yang kita harapkan dapat tercapai
Sama halnya, tidak semua orang itu sempurna
Dari ketidak sempurnaan ini, kita dapat belajar untuk menjadi insan yang lebih baik

Mengikhlaskan memang susah, terutama mengikhlaskan orang yang kita sayang
Tapi kita harus belajar mengikhlaskan buat semua yang kita sayangi dan cintai

Saya disini hanya ingin menyampaikan, jaga apa yang kamu miliki saat ini, jangan sampai kamu merasa kecewa jika kelak kau akan kehilangan mereka. Kau akan menyesal karena kau belum bisa membuatnya senang dan tersenyum bahagia :)