Edward dan Griselda adalah sepasang kekasih, mereka
merupakan muda-mudi yang sedang duduk dibangku SMA. Kini mereka sudah berada di
semester lima dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. Mereka mulai
sibuk memikirkan perguruan tinggi yang akan mereka pilih sebagai sarana sekolah
lanjutan, yang juga sebagai bekal untuk mencari pekerjaan bagi mereka
masing-masing nantinya.
Kegiatan sekolah semakin hari semakin padat, dan tugas
yang semakin banyak. Walaupun demikian, itu sama sekali tidak mengganggu
rutinitas Edward dan Griselda untuk menyempatkan bertemu dan mengobrol bersama.
Saat bertemu, mereka selalu bertukar pikiran, menceritakan kegiatan yang telah
mereka lalui dikelas, saling member informasi, dan masih banyak lagi yang
sering mereka lakukan bersama. Meskipun pertemuan mereka singkat, akan tetapi
rasa rindu diantara mereka telah tersampaikan melalui cerita dan keluh kesah
mereka. Edward dan Griselda sangat menghargai setiap waktu pertemuan mereka.
Mereka berdua sangat memanfaatkan waktu yang ada demi melepas rasa rindu dan
keluh kesah yang mereka rasakan.
Waktu berjalan sangat cepat, semakin hari mendekati
hari dimana ujian nasional akan berlangsung. Edward dan Griselda selalu
menghadiri setiap pameran pendidikan untuk mengetahui tiap-tiap perguruan
tinggi yang ada beserta spekulasinya. Baik pameran pendidikan dalam negeri
maupun pameran pendidikan internasional. Semakin banyak informasi yang mereka
dapat, semakin banyak pula pilihan dan tujuan perguruan tinggi yang ingin
mereka coba untuk mendaftarkan diri.
Pasangan ini memiliki impian yang tinggi dan sangat
jauh berbeda. Edward ingin masuk perguruan tinggi yang ada didalam negeri,
sedangkan Griselda kekasihnya ingin sekali melanjutkan perguruan tinggi yang
berada di luar negeri demi menyandang gelar Bachelor. Bachelor merupakan gelar
S1 luar negeri yang diakui di seluruh dunia. Tentunya dengan gelar ini, semakin
mudah dalam mencari sebuah pekerjaan. Gelar sarjana yang berada di Indonesia
belum diakui oleh dunia sebagai sarjana. Walaupun sama-sama menyandang gelar
S1, yang sarjana diluar negeri lah yang mendapat peluang lebih besar dari pada
gelar sarjana yang dari dalam negeri.
Griselda sangat berkeinginan melanjutkan perguruan
tinggi di luar negeri. Negara yang dijadikan tujuannya untuk melanjutkan
kuliahnya yaitu di negara Turki. Griselda ingin sekali mendapatkan beasiswa
yang diberikan oleh pemerintahan Turki yang membagi beasiswa setiap tahunnya.
Edward hanya ingin melanjutkan kuliah didalam negeri. Alasannya, ia belum mahir
dalam berbahasa inggris sehingga ia takut jika tidak dapat berkomunikasi, atau
bahkan tersesat di negara orang. Sungguh mimpi yang sangat jauh berbeda.
Siang hari, di hari minggu Edward dan Griselda meluangkan
waktu untuk berjumpa. Edward datang ke rumah Griselda. Didalam pertemuannya,
mereka saling melepas rindu dengan menceritakan kegiatan yang telah dilalui
masing-masing. Mereka asik dengan canda dan tawa bersama. Seakan waktu yang
dirasa lama akan terasa sebentar jika dilalui bersama dengan kebersamaan.
Hingga tiba-tiba dengan tak sengaja mereka membahas tentang long distance
relationship atau yang sering disingkat dengan LDR. Edward dan Griselda
membayangkan jika suatu saat nanti mereka akan merasakan apa itu LDR, yang
kadang dijadikan bahan pembicaraan. Jika membicarakan tentang LDR pastinya
banyak pasangan kekasih yang tak menginginkan hal tersebut. Karena LDR itu
sangat menyiksa, jarang bertemu, komunikasi hanya melalui telefon, pesan
singkat atau melalui video call saja, dan tidak live stream tentunya.
Edward dan Griselda tidak siap dan tidak akan pernah
siap untuk menjalani LDR. Hal kecil itulah yang terkadang mengganggu pikiran
mereka berdua. Edward menanyakan kembali kepada kekasihnya tentang beasiswa ke
Turki yang akan Griselda ikuti ujiannya. Selalu saja dengan antusias Griselda
menjawab akan mengikuti ujiannya, dan dia berkata akan selalu berusaha demi mendapatkan
beasiswa tersebut. Griselda tidak pernah tau apa maksud dari kekasihnya itu,
seakan ia selalu mengulangi pertanyaan yang sama kepada dirinya. Akan tetapi
Griselda juga tidak pernah jengah untuk menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu
yang menurutnya kerap kali ditanyakan oleh Edward.
Tak terasa sudah sore menjelang maghrib, Edward pulang
dari rumah Griselda. Seperti biasa, sebelum pulang mereka saling berjabat
tangan. Seakan berjabat tangan sudah menjadi tradisi dalam hubungan mereka.
Waktu terus berjalan dan tak terasa dua hari lagi
ujian nasional akan berlangsung. Ujian nasional sudah didepan mata, siap tidak
siap, suka tidak suka, seluruh siswa kelas XII harus melewatinya. Dengan dua
hari yang tersisa, intensitas pertemuan Edward dan Griselda semakin berkurang.
Mereka sibuk dengan kesibukannya masing-masing demi mempersiapkan diri
menghadapi ujian nasional. Jangankan untuk bertemu, hubungan melalui psan
singkat dan teleponpun sudah berkurang juga intensitasnya. Mereka benar-benar
fokus untuk menghadapi ujian nasional.
Waktu yang dinanti-nantipun telah tiba. Hari yang
benar-benar menentukan nasib seluruh siswa kelas XII. Akankah lulus atau tidak
lulus, dua pilihan yang membuat hati berdebar. Sebelum ujian dimulai Edward dan
Griselda menyempatkan waktu untuk berjumpa, untuk saling mendoakan satu sama
lain. Agar dalam mengerjakan soal-soal ujian nasional tidak menemukan kesusahan
dan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT. Perjumpaan mereka tidaklah lama,
akan tetapi sangatlah berkualitas. Tak lupa sebelum memasuki ruang ujian,
mereka saling berjabat tangan, seakan tangan mereka mengisyaratkan untuk
bersemangat dalam menghadapi ujian dan mata mereka saling menatap yang
mengisyaratkan untuk tetap percaya diri. Akhirnya mereka masuk ke kelas
masing-masing.
****
Ujian nasional yang berlangsung selama tiga hari sudah
dilalui oleh Edward dan Griselda. Mereka tinggal menunggu hasil ujian yang
telah mereka kerjakan. Rutinitas kembali seperti semula, Edward dan Griselda
melakukan kembali kebiasaannya untuk saling bertemu dan bercengkrama. Setelah
beberapa hari yang lalu mereka disibukkan belajar. Mereka bercanda tawa bersama,
seakan beban yang mereka tumpu sendiri beberapa hari lalu telah lenyap begitu
saja.
Hasil ujian nasional sudah diumumkan, Edward dan
Griselda mendapatkan hasil yang tinggi. Rata-rata nilai mereka hampir mencapai
angka 9. Mereka sangat senang sekali mendapatkan hasil yang memuaskan. Akan
tetapi perjalanan mereka tidak sampai disitu saja, mereka masih harus mencari
perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikannya. Diwaktu senggang, mereka
berdua sibuk mencari perguruan tinggi yang akan mereka daftari. Edward dan
Griselda mengikuti tes diperguruan tinggi yang telah mereka pilih
sendiri-sendiri. Banyak usaha yang sudah mereka lakukan. Setelah mengikuti
beberapa tes di perguruan tinggi, mereka tinggal menunggu hasilnya saja.
Hari yang mereka nantikan pun telah tiba, yaitu hari
diumumkannya hasil tes masuk perguruan tinggi. Hati mereka sangat berdebar,
mereka tidak sabar untuk mengetahui hasil tes yang telah mereka lalui. Edward
dan Griselda mengunjungi ke tempat perguruan tinggi masing-masing untuk melihat
hasilnya. Edward merasa sangat senang, karena ia telah lolos dan diterima di
UNDIP. Griselda melihat pengumuman di SEMESTA, hatinya terus berdebar sangat
cepat. Ia segera menuju ke papan yang sangat ramai, dimana hasil tes
ditempelkan. Griselda mencari namanya dipapan dengan susah payah, karena banyak
siswa yang juga ingin melihat hasil tes nya. Setelah lama mencari, akhirnya
Griselda menemukan namanya dan ia sangat senang sekali. Ia diterima di
universitas yang ada di Istanbul, Turki. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur
kepada Allah SWT, karena impiannya dapat terwujud, yaitu dapat melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi di Turki.
Griselda segara menghubungi Edward dan memintanya
untuk bertemu di Moon Café. Ia bergegas menuju ke motor dan pergi ke Moon Café
untuk menemui Edward. Griselda tidak sabar ingin membagi berita bahagia kepada
Edward. Tibalah ia di Moon Café, dengan segera ia masuk kedalam, suasananya
sangat nyaman, cocok sekali untuk wasting time dan kongko. Griselda naik ke
lantai dua, tetapi sebelum ia naik, ia memesan minuman dan cemilan. Sesampainya
dilantai dua, ia segera mencari tempat duduk yang nyaman dan strategis.
Akhirnya ia memilih duduk dekat dengan kaca, sehingga ia dapat melihat ke arah
luar. Griselda tidak sabar menunggu kedatangan Edward, beberapa kali ia
meneleponnya, akan tetapi tidak ada jawaban dari Edward. Griselda mulai
khawatir jika Edward tidak datang untuk menemuinya. Ia mengirimi Edward pesan.
Tak lama setelah mengirim pesan, Edward pun tiba, lalu menghampiri Griselda
yang sejak tadi menunggunya.
Edward berkata, “Maaf ya udah buat kamu nunggu lama”.
Griselda menjawab,”iya sudah engga apa ko, aku juga belum begitu lama
menunggu”. Setelah itu mereka asik mengobrol bersama, Griselda mulai
menceritakan kabar bahagia itu kepada Edward. Ketika mendengar berita itu
Edward senang bercampur sedih. Ia senang karena kekasihnya dapat menggapai
impiannya, dan ia sedih karena harus merasakan long distance relationship.
Edward tidak siap jika harus ditinggal Griselda, tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa, karena ia tidak ingin menghalangi impian kekasihnya itu. Griselda
menangkap wajah sedih Edward, kemudian Griselda menggenggam tangan Edward
sambil berkata,”Gendut, aku disana belajar bukan main-main, kamu engga usah
khawatir. Aku bisa jaga diri kok, percaya deh. Aku akan selalu ngabarin kamu
disela-sela waktuku. Aku juga akan selalu setia sama kamu, tenang aja, engga
ada yang bisa ngegantiin posisi kamu dihati aku kok, seutuhnya hanya milik
kamu”. Setelah mendengar kata itu, Edward tersenyum dan membalas menggenggam
tangan Griselda. Beberapa saat keheningan terjadi diantara mereka, mereka masih
sibuk dengan pikirannya masing-masing. Keheningan mereka terpecahkan ketika
pelayan datang mengantarkan pesanan yang telah mereka pesan. Akhirnya mereka
melanjutkan mengobrol kembali.
****
Griselda membuka situs yang akan membawanya ke Turki,
ia membaca setiap pengumuman dan apa saja yang harus ia persiapkan. Tak lupa ia
mencatat jadwal keberangkatannya ke Jakarta untuk berlatih bahasa selama dua
minggu. Setelah selesai mencatat keperluan dan jadwal keberangkatannya, ia
segera memberitahu ayahnya untuk membantu mempersiapkan keperluannya. Griselda
sibuk mengepak barang yang akan ia bawa, sesampainya ia lupa untuk
memberitahukan Edward jadwal kebarangkatannya. Empat hari lagi Griselda akan
berangkat ke Jakarta, banyak barang yang harus ia bawa. Ia membawa dua koper,
satu koper berisi baju-bajunya dan yang satu lagi berisi barang kesayangannya,
termasuk boneka panda pemberian Edward ia bawa juga. Setelah mengepak semua
barangnya, ia menginagt suatu hal yang sedari tadi mengganggunya, ia teringat
bahwa ia harus mengabari Edward jadwal keberangkatannya. Segeralah ia mencari
ponselnya untuk menghubungi Edward. Beberapa kali menelfon dan akhirnya diangkat
oleh Edward. Griselda mulai menceritakan semuanya, setelah mendengar kabar itu,
Edward hanya bisa terdiam, ia tak tau harus berbuat apa lagi, karena waktu yang
tersisa untuk bertemu dengan Griselda hanya empat hari saja. Edward benar-benar
harus memanfaatkan waktu yang tersisa itu untuk menghabiskan waktu bersama
Griselda. Sebelum ia, tidak akan pernah bertemu dengan Griselda lagi, kecuali
diliburan kuliahnya nanti.
Griselda meminta maaf kepada Edward karena harus
meninggalkannya, tidak bisa berada disisinya untuk beberapa tahun kedepan.
Karena Griselda harus menuntut ilmu dan meraih cita-citanya demi membahagiakan
kedua orang tuanya. Edward dapat memaklumi kekasihnya, karena itulah yang
benar-benar ia inginkan. Sebelum telfon ditutup, Edward berkata kepada
Griselda, ia meminta Griselda untuk bertemu dan mengahbiskan waktu bersamanya
selama empat hari kedepan. Griselda menyetujui permintaan Edward, dan telfon
pun terputus.
Selama sisa waktu yang dimiliki, Edward dan Griselda
memanfaatkan waktu untuk bertemu dan bercengkrama. Mereka sangat menikmati
setiap perjumpaannya, seakan tak pernah habis obrolan diantara mereka. Empat
hari bukanlah waktu yang lama, mereka telah melaluinya, dan kini merupakan hari
dimana Griselda harus meninggalkan kota kelahirannya. Dan juga merupakan hari perpisahan kepada
orang tua, adik, dan Edward tentunya.
Pagi itu Griselda bangun awal, ia tidak ingin
tertinggal jam penerbangannya. Pesawatnya berangkat pukul 08:00 WIB. Ia mandi
kemudian dilanjutkan sarapan bersama dengan keluarganya. Tak lupa ia memeriksa
kembali barang bawaannya, agar tidak ada yang tertinggal. Setelah kiranya
lengkap, ia mengambil tas jinjingnya. Griselda membawa kedua kopernya menuju ke
mobil agar dimasukkan ke dalam bagasi. Kemudia ia dan keluarganya berangkat
menuju ke bandara.
****
Pagi itu Edward bangun, ia teringat bahwa hari ini merupakan
hari keberangkatan Griselda ke Jakarta, ia segera mandi dan sarapan. Edward
tidak ingin terlambat, Edward tidak ingin melihat sosok kekasihnya pergi tanpa
ucapan selamat tinggal darinya. Mamanya bingung melihat tingkah Edward yang
begitu terburu-buru. Tak biasanya mama nya melihat Edward sperti sekarang ini.
Ketika Edward sedang sarapan, mamanya menanyainya, “mau kemana Ed? Pagi-pagi
udah rapi banget, dan seprtinya kamu kelihatan terburu-buru sekali? Ada ujian
pagi di perguruan tinggi?”. Edward menjawab,”aku mau ke bandara mah, mau
nganterin Griselda, dia mau ke Jakarta. Aku pingin lihat dia buat terakhir
kalinya mah”. Mamanya masih bingung, dan bertanya lagi,”emangnya Griselda ke
Jakarta mau ngapain? Ko kamu bilang buat yang terakhir kalinya? Dia mau menetap
di Jakarta?”. Edward menjawab,”Griselda di Jakarta belajar bahasa mah, setelah
itu dia akan melanjutkan kuliahnya di Turki. Sudah ya mah, ini udah jam 06:30,
aku engga pingin telat, bye mah”. Tak lupa sebelum berangkat Edward mencium
kedua pipi mamanya, kemudian ia berangkat.
****
Tibalah Griselda di bandara, ia segera mengambil
barang-barangnya dibagasi mobil yang dibantu oleh ayahnya. Griselda bersama
keluarganya memasuki bandara dan mencari rombongan yang dari SEMESTA. Mereka
menemukan rombongannya kemudian Griselda mulai berkenalan dengan teman seperjalanannya
nanti. Ketika Griselda sedang terlarut dalam obrolan mereka tiba-tiba telfonnya
berdering, dengan cepat ia segera mengambil telfon genggamnya dan
mengangkatnya. Terdengar suara yang sangat ia kenali di ujung sana, “halo, kamu
dimana ndutt? Aku ada di bandara ni”. Griselda sangat terkejut mendengar
pernyataan itu, rasa senang, bahagia, semuanya menyeruak didalam hatinya.
Griselda menjawab, “kamu dimananya? Aku jemput kamu aja, kalo kamu nyari nanti
bingung, disini rame banget soalnya”. Edward menanggapi,”aku didekat tempat
pembelian tiket pesawat garuda”. “iya udah tunggu dulu disana, aku akan segera
menjemputmu” jawab Griselda. Telfon ia masukkan ke dalam sakunya, dan ia
bergegas menjemput Griselda. Tetapi sebelum ia pergi ibunya menanyainya akan
kemana, Griselda memberi isyarat dengan tangannya bahwa hanya sebentar. Setelah
itu ia meninggalkan rombongannya.
Ia berjalan sangat cepat, ia tak sabar ingin segera
bertemu dengan Edward. Sampailah Griselda di loket tiket, ia melihat
sekeliling, akhirnya ia menemukan sosok Edward. Edward mengenakan jaket coklat
dan celana panjang coklat, gaya yang sangat Griselda sukai saat dating
bersamanya. Wajahnya sungguh mempesona ketika mengenakan semua itu, karisma
yang ia pancarkan sangatlah kuat dan menawan. Kemudian Griselda menghampiri
Edward dan menggenggam tangannya, dan itu membuat Edward terkejut. Edward
tersenyum melihat kekasihnya ada didekatnya dan menggenggam tangannya dengan
sangat kencang. “aku pikir kamu engga datang untuk perjumpaan terakhir kita
ini” Griselda membuka pembicaraannya. Edward tersenyum, kemdian ia menjawab
,”engga mungkin kalo aku engga dateng, ini hari terakhir perjumpaan kita
sayaaang, aku engga pingin melewatkan ini”. Seulas senyum tampak diwajah
Griselda.
Mereka mengobrol sambil berjalan menuju tempat
rombongan Griselda berada. Ia bergandengan tangan disepanjang jalan. Hari itu
Griselda tampak senang sekali karena Edward dapat datang dihari perjumpaan
mereka yang terakhir. Sampailah mereka di tempat rombongan Griselda berada.
Griselda mengantar Edward untuk menemui kedua orang tuanya. Ayah Griselda tersenyum
ketika menyalami Edward sambil berkata, “eh.. apa kabar?”. Edward
menjawab,”kabar baik om, om sendiri bagaimana?”. “saya juga baik” jawab Ayah
Griselda. Ibu memanggil Edward,”Ed, sini!”. Kemudia Griselda dan Edward menghampiri
Ibu. ”iya tante” sahut Edward sambil tersenyum. “kamu datang kesini to, mau kasih
salam perpisahan ya sama Grisel?” Ibu menggoda Edward. Edward hanya tersenyum
malu mendengar pernyataan yang Ibu ucapkan. Akhirnya mereka terlarut dalam
obrolan masing-masing. Ibu dengan ibu dari peserta lain, Griselda dengan Edward
dan ayah Griselda dengan pendamping Griselda.
Tak terasa obrolan mereka membuat waktu berjalan
sangat cepat, jam menunjukkan pukul 07:40. Pendamping memanggil para peserta
untuk bersiap memasuki ruang chek in. Terlihat wajah-wajah sedih disekitar
Griselda. Tentunya ia juga merasakannya, ia harus berpisah dengan keluarga dan
juga Edward kekasihnya. Saat itu Grisel menangis dan memeluk kedua orang
tuanya, ia melepas seluruh kesedihannya. Setelah cukup berpamitan dengan kedua
orang tuanya, Grisel menghampiri Edward untuk berpamitan dengan kekasihnya itu.
Wajah Grisel masih merah akibat ia menangis. Grisel meraih tangan Edward sambil
berakata, “genduut, aku pergi belajar dulu ya. Maafin aku, karena engga bisa
nemenin kamu disini. Aku pingin kamu jaga diri baik-baik ya ndutt. Kesehatan
juga dijaga terus ya ndutt, aku engga pingin kamu sakit. Tenang aja ndutt,
walaupun raga kita jauh, bukan berarti hati maupun perasaan kita ikut menjauh ko.
Rasa kita tetap selalu dekat dan terjaga ndutt, dan aku berharap hubungan kita
terus berjalan sampai nantinya”. Edward menjawab, “ iya ndutt, kejarlah
mimpimu, raih cita-citamu, bahagiain kedua orang tuamu ndutt. Aku seneng kalo
kamu bisa lakuin itu semua, aku ikut bahagia. Tenang aja ndutt, aku akan jaga
diri baik-baik kok, dan aku janji gak akan ngecewain kamu. Aku akan selalu jaga
hubungan kita ndutt. Kamu percaya sama aku kan ndutt? Dan aku juga memiliki
harapan kita ditakdirkan untuk hidup bersama hingga kita menutup umur
nantinya”. Ketika Grisel mendengar jawaban itu, ia tak kuasa menahan tangisnya.
Akhirnya ia menangis, ia merasakan sesuatu akan hilang dari hidupnya untuk
waktu yang sangat lama. Edward tak kuat melihat Griselda manangis, kemudian ia
menarik Griselda agar lebih dekat dengannya. Direngkuhlah Grisel dalam
peluknya, Edward mencoba untuk menenangkan Griselda dengan mengelus kepalanya.
Isakan tangis Grisel mulai mereda, dan tubuhnya tidak gemetar lagi. Edward
melepaskan rengkuhannya, kemudian ia mengusap sisa-sisa air mata yang ada
dipipi Grisel. “udah jangan nangis lagi, ya udah buruan check in, nanti kamu
ketinggalan pesawatmu. Aku disini baik-baik kok ndutt, jangan khawatir” Edward
berkata sambil tersenyum. Griselda memeluk Edward lagi dan ia melepaskannya
lagi, Grisel menjabat tangan Edward. Edward mencium kening Grisel sambil berkata,”aku
sayang kamu Griselda, ingat aku selalu ya”. Griselda menjawab,”aku juga
menyayangimu Edward, tenang saja kau akan selalu berada dibenakku”. Setelah itu
Grisel meninggalkan Edward dan memasuki boarding pass.
Kesedihan masih menyelimuti Griselda. Marlee teman
seperjalanan Grisel melihat kondisi Grisel yang sangat menyedihkan. Marlee
menghampiri Grisel, ia memeluk Grisel, untuk memberikan ketenangan. Grisel
membalas pelukan Marlee, dan keluarlah semua isakan tangis Griselda. Dengan
penuh kasih sayang Marlee menenangkan Griselda yang sedang menangis dalam
peluknya. Akhirnya isak tangis Grisel mereda dan mulailah tenang. Terdengar
informasi bahwa pesawat tujuan Jakarta akan segera berangkat. Kemudian Marlee
mengajak Griselda untuk segera mengikuti rombongan untuk memasuki pesawat.
Masuklah Griselda dan Marlee ke pesawat, kemudian
mereka mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya. Setelah
menemukannya, Griselda hanya terduduk diam dan memandangi luar melalui jendela
pesawat. Pramugari menjelaskan dan mempraktikan cara pemakaian sabuk pengaman kepada
penumpang. Marlee dan Griselda memasang sabuk pengaman mereka. Pramugari
membertahukan kepada penumpang bahwa pesawat akan segera take off jadi
pemunumpang diminta untuk mempersiapkan diri, pesawat pun take off dengan
sempurna. Perjalanan Semarang-Jakarta dapat ditempuh dengan pesawat selama 45
menit.
****
Setelah Griselda masuk kedalam ruang boarding pass,
tampak kesedihan diwajah edward. Ia akan sangat merindukan kekasihnya itu. Ia
pulang dengan tidak ada semangat sama sekali. Edward merasa kesepian dan merasa
ada yang hilang dari hidupnya untuk beberapa waktu. Dalam perjalanan pulang ia
bingung akan kemana ia pergi. Akhirnya ia memutuskan untuk main bersama
teman-temannya untuk sedikit menghilangkan beban pikiran yang mengganggunya
semenjak kepergian Griselda.
****
Tibalah Griselda di Jakarta, ia dan Marlee segera
turun untuk mengikuti rombongannya. Bus jemputan sudah datang, masuklah mereka
ke bus. Griselda mencari telfon genggamnya untuk mengabari keluarganya dan
Edward bahwa ia telah tiba di Jakarta dengan selamat. Bus membawa mereka ke
wisma tempat penginapan yang akan mereka tinggali selama satu minggu. Setelah
tiba di wisma, mereka turun dan masuk ke wisma untuk mencari kamar
masing-masing yang telah diberitahukan kepada setiap siswa. Griselda satu kamar
dengan Marlee, ia sangat seneng sekali bisa satu kamar dengannya, karena Marlee
anak yang baik dan perhatian.
Selama di Jakarta Grisel dan Marlee selalu bersama,
dari tidur, pelajaran sampai makan pun mereka selalu bersama. Mereka sangat
akrab sekali, hingga dari masing-masing sudah mengetahui watak masing-masing.
Tak terasa satu minggu sudah mereka lalui, dengan belajar bahasa Turki tingkat
dasar. Hari senin pun telah tiba, dan itu merupakan hari keberangkatan peserta
ke Turki. Grisel dan Marlee menyiapkan seluruh barang-barangnya, mereka tak menginginkan
ada barang yang tertinggal satupun. Untuk mengantisipasi barang tertinggal
mereka mengecak ulang seluruh ruangan mereka dengan teliti. Setelah memeriksa
seluruh ruangan dan yakin tak ada yang tertinggal, mereka keluar kamar untuk
mengikuti rombongan mereka.
Para peserta diberi pembekalan untuk perjalanan yang
memakan waktu 16 jam ini. Tentunya ini merupakan perjalanan yang panjang.
Setelah pemberian pembekalan, para peserta menuju ke bus untuk menuju ke
bandara. Perjalanan dari wisma sampai ke bandara dapat ditempuh kurang lebih
satu jam, karena padatnya jalanan raya ibu kota. Tibalah seluruh peserta di
bandara, mereka segera mengikuti pendamping yang telah mempersiapkan
keberangkatannya. Para peserta masuk ke tempat boarding pass dengan tertib. Tak
lupa sebelum penerbangan Griselda mengabari kepada kedua orang tuanya dan
Edward bahwa ia akan terbang ke Turki pagi ini. Marlee juga mengabari kedua
orang tuanya. Setelah mengabari keluarga Griselda dan Marlee mengobrol bersama
sambil menunggu penerbangan mereka. Mereka berdua tak sabar untuk sampai ke
Turki dan merasakan suasana baru di negara baru bagi mereka. Tak terasa waktu
berjalan sangat cepat, dan bagian informasi mengumumkan para penumpang tujuan
Jakarta-Singapura-Dubai-Turki untuk segera naik ke pesawat. Kemudia pendamping
mengarahkan para peserta untuk naik ke pesawat. Lagi-lagi Griselda dan Marlee
duduk bersama dan menjadi teman seperjalanan lagi. Pramugari memberitahukan
para penumpang untuk segera memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera
take off. Didalam pesawat Grisel dan Marlee mengobrol, sekali-kali mereka sibuk
dengan sendirinya untuk menghilangkan kejenuhan perjalanan yang panjang.
****
Enam belas jam telah dilalui para peserta, sungguh perjalanan
yang sangat panjang. Griselda dan Marlee telah tiba di tempat yang telah lama
mereka impikan, Turki. Mereka sangat senang sekali dapat menginjakkan kaki di
tempat yang telah lama mereka impikan. Tampak tawa dan raut wajah yang ceria di
wajah mereka. Mereka ingat dan segera mencari telpon genggam, mereka akan mengabari
orang tua dan tentunya Grisel tidak lupa mengabari Edward. Tetapi setelah
membuka lock pada layar hp nya, mereka saling berpandangan dan bingung. Karena
mereka tidak menemukan jaringan signal di hp nya. Mereka ingat pesan
pendampingnya bahwa kartu perdana yang peserta gunakan tidak dapat digunakan di
Turki. Mereka harus membeli kartu perdana Turki agar dapat menggunakan hp nya
masing-masing. Akan tetapi Grisel dan Marlee tidak pendek akal, mereka
mendekati sebuah café yang berada tidak jauh dari tempat mereka berada, dan
mereka menemukan jaringan wifi. Dengan cepat mereka segera mengabari orang tua
melalui BBM. Grisel mengabari Edward melalui Twitter dengan mengirimkan foto
nya yang sedang berdiri didekat taman utama yang ada di Turki. Sungguh taman
yang indah, Grisel terkagum-kagum melihat taman tersebut. Ketika sedang
menikmati taman yang indah, pendamping memanggil mereka untuk segera berkumpul.
Pendamping memberikan berkas-berkas kepada para
peserta, karena setiap peserta ditempatkan di kota yang berbeda-beda. Grisel
terpisah dengan Marlee, mereka terlihat tampak sedih sekali karena mereka harus
terpisah universitasnya. Akan tetapi mereka beruntung, karena masih satu kota.
Akhirnya mereka memutuskan untuk naik bus umum yang ada disana, dan mereka tak
lupa untuk bertanya kepada pemeriksa karcis tempat tujuan mereka masing-masing.
Karena Grisel dan Marlee tidak sama apartementnya. Mereka menikmati perjalanan
mereka, hingga Marlee harus turun meninggalkan Grisel didalam bus sendirian.
Marlee telah tiba di apartementnya sedang Griselda masih harus berhenti di
pemberhentian berikutnya dan ia akan menemukan apartementnya. Tidak membutuhkan
waktu lama, tibalah Griselda di tempat pemberhentian busnya, ia turun dan
mencari apartementnya. Disana ia bingung karena tidak menemukan alamat
tujuannya, akhirnya ia memutuskan untuk ke kantor polisi terdekat untuk
bertanya alamat. Griselda menemukan kantor polisi yang ternyata tidak jauh dari
tempat pemberhentiannya tadi. Ia bertanya kepada polisi, dan dengan senang hati
polisi tersebut mengantarkan Griselda ke tempat tujuannya. Griselda diantar
menggunakan mobil patroli yang biasa digunakan untuk berpatroli. Tibalah Grisel
ditempat tujuannya, dan tak lupa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada
polisi yang telah mengantarnya itu. Kemudian masuk ke aprtement, ternyata ada
yang telah menunggunya sejak tadi diapartement tersebut. Ternyata orang yang
menunggunya adalah salah seorang pendamping asli Turki yang telah bekerja sama
dengan ikatan pendidikannya. Kemudian Griselda diantar menuju ke kamarnya untuk
beristirahat sejenak.
Kamarnya ada di lantai 5 dan bernomor 55, sungguh
nomor yang sangat cantik. Setelah pendamping menjelaskan semuanya, pendamping
itu keluar meninggalkan Grisel agar ia dapat beristirahat. Akan tetapi sebelum
pendamping itu keluar Griselda menanyakan tempat pembelian kartu perdana,
karena hp nya tidak dapat digunakan untuk mengakses jaringan internet dan
telepon. Pendamping itu menjelaskan semuanya, bahwa kartu perdana akan diberi
dari ikatan pendidikannya. Tetapi jika membutuhkan jaringan internet, didalam
apartementnya telah disediakan wifi. Tak lupa pendamping memberikan passwordnya
agar dapat diakses jaringannya. Setelah menjelaskan, pendamping meninggalkan
Grisel.
Griselda mengeluarkan baju-bajunya dan menatanya
didalam almari yang telah disiapkan. Tak lupa ia mengelurkan panda kesayangannya.
Panda pemberian Edward ketika di hari kelahirannya yang ke-17 tahun. Ia memeluk
panda itu dengan erat sekali, ia sangat rindu dengan kekasihnya itu. Ingin
sekali ia bertemu dengannya. Kamudian mengecek Twitternya, apakah ada balasan
dari Edward, ternyata ada dan ia senang sekali karena saat ini Edwrad sedang
online dan mulai lah mereka saling bercakap-cakap, saling melepas rindu satu
sama lain. Cukup lama mereka berkomunikasi, hingga Griselda lupa tepat pukul
07:00 pm ia harus berkumpul di ruang pertemuan. Grisel melihat jam, dan
sebentar lagi ia harus menghadiri pertemuan di apartement barunya. Ia bergegas
mandi dan cepat-cepat berpakaian, setelah selesai mengenakan jilbabnya tepat
saat itu pula terdengar suara ketukan dari pintu luar. Griselda membukakan
pintu, pendampingnya telah berada didepannya untuk mengantarkan Grisel ke ruang
pertemuan sekaligus makan malam bersama teman-teman yang lainnya.
Pendamping mengantar Griselda memasuki ruangan yang
sangat luas sekali, dan banyak peserta lain yang sudah berada disana. Grisel
menempatkan diri ditempat yang telah dipersiapkan untuknya. Ia mengikuti pertemuan
yang membahas tentang Turki secara keseluruhan, terutama pada pendidikannya.
Cukup lama pembahasan tentang pendidikan, dan sekarang tibalah saatnya para
peserta dipersilakan untuk menikmati makan malam yang telah dihidangkan.
Griselda menyantap makan malamnya. Setelah pertemuan selesai Grisel kembali ke
kamarnya untuk beristirahat.
****
Kuliah sarjana di Turki membutuhkan waktu yang sama
seperti kuliah di Indonesia yaitu selama empat tahun. Akan tetapi gelar sarjana
di Turki telah di akui secara internasional yaitu, Bachelor. Empat tahun itu,
satu tahun belajar bahasa Turki dan tiga tahunnya untuk kuliahnya. Di Turki
tidak ada skripsi seperti di universitas lainnya. Selain pendidikannya yang
berkualitas, banyak juga tempat wisata yang menarik di Turki. Sehingga para
peserta tidak akan bosan jika tinggal disana. Selain itu para pelajar di Turki
sangat dihargai, tinggal tunjukkan kartu pelajar saja, seorang pelajar dapat
mendapatkan diskon untuk pembelian barang.
Selama di Turki Grisel selalu menyempatkan diri untuk
mengabari kekasihnya keadaan setiap harinya. Ia tidak pernah lupa melakukan hal
tersebut. Yaa, sekarang mereka sedang merasakan LDR, tidak tanggung-tanggung,
antar negara mereka LDR. Sangat romantic dan juga sangat mengesankan. Seminggu tiga
kali mereka saling berkomunikasi, tidak ada sentuhan secara fisik, mereka hanya
melalui video call dan skype. Rindu menggebu diantara mereka, akan tetapi tidak
ada yang dapat mereka lakukan, hanya waktu yang dapat mempertemukan mereka.
Dua tahun lebih enam bulan sudah Griselda lalui,
tinggal satu tahun setengah lagi Grisel dapat menyelesaikan kuliahnya. Untuk
liburan semester kali ini Griseld akan menghabiskannya di Indonesia, ia sangat
merindukan tanah tempat kelahirannya. Ia memutuskan untuk pulang, ada waktu 2
bulan liburan semester, jadi ia ingin memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ia
ingin sekali dapat menghabiskan waktu liburannya dengan keluarganya dan juga
dengan Edward.
Griselda menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa
untuk keperluannya, ia mengepak baju satu koper penuh dan juga membawa
oleh-oleh untuk diberikan ayah, ibu, adik dan juga kekasihnya- Edward. Setelah
selesai semuanya, ia mengecek kembali jadwal penerbangannya melalui internet.
Griselda membeli tiket secara online, setelah tiba di bandara ia akan
menukarkan tiket sementaranya dengan tiket asli. Ia menelepon taxi untuk
menjempunya di apartement nya. Tak butuh waktu lama menunggu, taxi telah tiba
didepan apartement. Telepon yang ada dikamar Griselda berdering, ia segera
mengangkatnya. Ternyata telepon tersebut dari bagian resepsionis, mengabarkan
bahwa taxi yang telah dipesan Grisel telah tiba. Grisel segera menutup telepon
dan menuju ke bawah menggunakan lift. Setibanya dibawah pintu lift terbuka,
petugas banket membawakan koper bawaan Griselda untuk dimasukkan kedalam bagasi
taxi. Tak lupa Grisel memberi tip kepada petugas banket yang telah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Griselda memasuki taxi dan taxi pun berjalan menelusuru
kota Istanbul, Turki. Pagi itu jalanan tidak begitu macet, sehingga Grisel tiba
di bandara dengan tepat waktu.
Griselda memasuki bandara dan segaralah ia menukarkan
tiketnya. Ia memasuki ruang boarding pass, karena sebentar lagi ia harus
memasuki pesawat dan memulai perjalanan yang panjang. Setelah semua urusan
selesai, Grisel membuka telepon genggamnya untuk mengabari Marlee bahwa ia akan
pulang ke Indonesia. Setelah mengabari sahabat baiknya, ia ingin mengabari
keluarganya tentang berita kepulangannya. Akan tetapi Grisel mengurungkan
niatnya, ia ingin memberikan kejutan kepulangan kepada keluarganya. Akhirnya
Grisel memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya. Dari bagian informasi
mengabarkan bahawa pesawat tujuan Dubai akan segera berangkat. Griselda segera
menuju ke pesawat dan duduk sesuai dengan nomor kursinya. Kali ini Griselda
berada di business class. Ya, benar, kelasnya para pejabat yang ingin lebih
menikmati privasinya. Ia mempersiapkan diri dan memasang sabuk pengamannya,
pesawatpun take off dengan sempurna. Di dalam perjalanan ia membaca novel miliknya.
Kemudian Grisel beristirahat untuk mengistirahatkan diri sejenak.
Tujuh belas jam berlalu, dan tibalah Griselda di tanah
kelahirannya -Semarang, Indonesia- sungguh perjalanan yang sangat panjang dan
melelahkan. Griselda menggeret kopernya dan keluar dari bandara untuk mencari
taxi. Ia tiba di Semarang pukul 19:00 WIB, ia mendapatkan taxi dan segera ia
masuk ke dalam taxi. Grisel tak sabar ingin segera bertemu dengan keluarganya.
Griselda meluncur melewati jalanan kota Semarang. Jalanan lumayan macet malam
itu, Grisel hanya bisa menunggu. Tibalah Griselda di rumah, dengan perasaan
senang ia mengetuk pintu. Tak lama kemudian ibu keluar membukakan pintu, dengan
seketika Griselda memeluk ibunya. Ia menangis dipelukan ibunya, ia rindu kepada
keluarganya. Griselda masuk ke dalam rumah dan membuka tas kopernya untuk
memberikan oleh-oleh untuk keluarganya. Dan malam itu Griselda menghabiskan
waktu dengan keluarganya.
Paginya ia bangun awal, sembahyang kemudian jogging
disekitar komplek rumahnya. Ia merasakan suasana yang beda, ya suasana yang
sangat ia rindukan. Pagi ini ia sudah memiliki jadwal acara untuk menemui
Edward, yaa! pujaan hatinya. Setelah pulang dari jogging Griselda membantu
ibunya untuk menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Kemudian ia membereskan rumah,
agar rumah tampak rapi. Tepat pukul 09:00 WIB Griselda telah menyelesaikan
seluruh pekerjaannya. Ia mencari ponselnya untuk menghubungi mamah nya Edward
untuk menanyakan keberadaan Edward saat ini. Satelah menghubungi mamah, dan
sudah pasti bahwa hari ini Edward di rumah, ia bergegas mandi dan segera berpakaian
untuk pergi ke rumah Edward. Griselda sudah rapi, ia siap untuk ke rumah Edward,
ia izin kepada ibunya ingin main dengan teman-temannya. Ibu mengizinkannya
pergi, tak lupa Grisel membawa oleh-oleh untuk Edward dan juga berpamitan
kepada ibunya.
Griselda meninggalkan rumah tepat pukul 09:30 WIB.
Sebelum menuju rumah Edward, Griselda mampir ke toko roti untuk membeli kue
tart yang akan diberikannya kepada Edward. Griselda memesan kue yang semua
dilapisi dengan cokelat karena ia sangat suka cokelat. Tak lupa ia menuliskan
kata di atas tartnya, “I Love You Edward”. Setelah mendapatkan tartnya Griselda
berangkat ke rumah Edward. Ia mengendari skuter maticnya. Tibalah Griselda
dirumah Edward, ia memanggil-manggil dari luar pagar. Tak lama kemudian, keluarlah Edward, ia
mengenakan kaus oblong dan celana pendeknya. Ketika Edward membuka pintu ia
sangat terkejut, karena tak menyangka apa yang telah ia lihat. Kemudian Grisel
mengucapkan, “surprise!!”. Edward segera membuka pagarnya dan dengan seketika
ia memeluk Grisel. Edward memeluknya dengan erat, Griselda hanya diam saat
Edward memeluknya, bahkan ia membalas pelukan Edward, karena ia juga sangat
merindukan lelaki ini.
Edward mengajaknya masuk untuk menemui mamanya. Mamahnya
tersenyum ketika melihat Griselda, beliau terlihat sangat ramah. Kemudian
Griselda memberikan tart yang telah ia beli tadi dan memberikan oleh-olehnya
kepada Edward dan mamanya. Mereka tampak senang dengan pemberian Grisel,
akhirnya mereka terlarut dalam obrolan mereka hingga waktu yang sangat lama. Tepat
pukul 15:00 WIB Griselda berpamitan pulang. Karena sudah lama ia main dirumah
kekasihnya itu. Griselda pulang dan beristirahat di rumah. Paginya Edward
menjemputnya untuk diajak main lagi bersamanya. Satu bulan Grisel menghabiskan
waktunya untuk keluarga dan Edward. Tak terasa waktu liburnya harus secepat
ini. Satu bulan sudah terlewatkan, dan kini saatnya Griselda kembali pulang ke
Turki untuk melanjutkan pendidikannya.
Hari minggu, Griselda telah menata kopernya. Ia siap
untuk kembali pulang dan melanjutkan pendidikannya. Pesawatnya akan berangkat
pukul 09:00 WIB, ia segera mempersiapkan diri untuk keberangkatannya. Ayahnya
tidak bisa mengantarkannya ke bandara karena ada rapat yang tidak dapat ditinggalkannya.
Edward lah yang akan mengantarkannya ke bandara. Pagi-pagi Edward datang ke
rumah Grisel untuk mengantarnya ke bandara. Griselda sudah siap, Edward pun
berangkat mengantar Griselda, tapi sebelum berangkat Grisel berpamitan kepada
ibunya.
Mereka berangkat dengan menggunakan mobil. Didalam
mobil mereka bersendau gurau bersama, tak lama kemudian tibalah mereka di
bandara. Edward menurunkan koper milik Grisel dan membantu membawakannya.
Mereka tiba di bandara tepat pukul 08:00 WIB. Ia sengaja mengantarnya awal, agar
dapat mengobrol dengan Grisel dengan lama. Mereka mengobrol hingga lama, akan
tetapi waktu satu jam itu bukanlah waktu yang lama, dan jam telah menunjukkan
pukul 08:45 WIB, dan ini saatnya Griselda untuk berpamitan dengan Edward.
Griselda menjabat tangan Edward, ia menggenggamnya dengan sangat lama. Tak
kuasa Grisel menahan air matanya, karena ia harus berpisah kembali dengan
kekasihnya. Kemudian Grisel memeluk Edward dengan sangat erat, tangisnya pun
pecah. Saat itu Edward tidak dapat melakukan apa-apa selain menenangkan
kekasihnya itu. Griselda melepaskan pelukannya, wajahnya masih merah akibat
tangisnya. Untuk terakhir kalinya Grisel menjabat tangan Edward lagi, kemudian
Griselda pergi meninggalkan Edward. Tapi sebelum Grisel pergi, Edward menarikya
dan merengkuhnya dalam pelukannya. Setelah itu Edward mencium kening Griselda
sebagai tanda perpisahan sementara dengan Grisel. Kemudian Grisel berjalan
memasuki ruangan boarding pass.
Terdengar informasi yang menjelaskan bahwa pesawat
akan berangkat, Griselda berjalan menuju peswat. Ia memasuki pesawat dan duduk
diam dibangkunya. Pramugari mengingatkan kepada penumpang untuk memasang sabuk
pengamannya. Karena pesawat akan take off. Pesawat take off dengan sempurna. Sementara
itu Edward hanya dapat memandangi kepergian Griselda. Ia hanya dapat memandangi
pesawat yang membawa kekasihnya pergi jauh meninggalkannya untuk waktu yang
cukup lama.
Hubungan mereka terus
berjalan dengan baik walaupun mereka dipisahkan antar negara dan antar benua.
Akan tetapi cinta mereka selalu sama, tidak pernah berkurang bahkan semakin
banyak. Dapat diambil nilai moral dalam cerita tersebut, bahwa tidak selamanya
LDR dapat menghancurkan sebuah hubungan. Tapi dapat mempererat hubungan semakin
kuat lagi. Kunci dari LDR hanyalah kepercayaan dan kejujuran. Karena itulah
yang dapat membangun kekuatan cinta mereka. Dan jangan lupa jaga komunikasi
dengan baik, karena itu sangat penting. Mungkin cuman itu pesan yang dapat di
ambil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar